"Sayangnya, di negara kita ini juga ada tanda-tanda zaman yang membuat kita prihatin tetapi tidak kecil hati, karena ini tantangan untuk diatasi, untuk dicarikan jalan keluarnya," kata Ignatius Kardinal Suharyo di Gereja Katedral, Jalan Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (25/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanda-tanda jaman yang menjadi tanda semakin melunturnya kebersamaan kita sebagai warga negara. Misalnya, ujaran kebencian. Kata itu 10 tahun yang lalu belum ada, artinya belum seperti sekarang, intoleransi, politik identitas. Itu semua menurut saya adalah kosakata baru yang masuk dalam pergaulan kita sebagai tanda-tanda zaman yang negatif," ucap Suharyo.
"Karena menunjukkan bahwa kebersamaan kita sebagai warga negara, sebagai warga masyarakat itu harus yang menunjukkan persaudaraan itu semakin luntur," imbuhnya.
Simak Video "Putin soal Pemakzulan Trump: Ini Pertarungan Politik"
Dari kesadaran mengenai lunturnya kebersamaan tersebut, Suharyo mengatakan pemilihan tema pada Misa Natal tahun ini diharapkan mampu merekatkan kembali kebersamaan itu. Menurutnya, intoleransi dan politik identitas haruslah dilawan.
"Karena itu supaya Natal bagi kristiani menjadi aktual kontekstual dipilihlah ajakan ini, 'Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang' untuk melawan arus ujaran kebencian, melawan arus intoleransi, melawan arus politik identitas, kita diajak untuk menjadi sahabat bagi semua orang," ungkapnya.
Dalam konferensi pers tersebut, Suharyo ditemani dua pemuka agama Kristen Katolik. Mereka adalah Romo V Adi Prasojo selaku Keuskupan Agung Jakarta dan Romo Hani R Hartono yang merupakan Pastor Kepala Paroki Katedral.
Halaman 2 dari 2











































