Rahasia Lagu Malam Kudus yang Selalu Dinyanyikan di Malam Natal

Mesin Waktu

Rahasia Lagu Malam Kudus yang Selalu Dinyanyikan di Malam Natal

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Selasa, 24 Des 2019 16:13 WIB
Jendela kaca Kapel Stille Nacht bergambar Josef Mohr. (Werner100359/Wikimedia Commons)
Jakarta - Lagu 'Malam Kudus' tak pernah absen dilantunkan dalam setiap misa atau kebaktian di malam Natal. Tepat pada tanggal ini di tahun 1818, nyanyian itu pertama kali dilantunkan di gereja Santo Nicholas, Oberndorf, Austria.

Tak banyak yang mengetahui lirik lagu itu awalnya sebuah puisi. Seorang imam Katolik di Oberndorf bernama Josef Mohr menggubahnya dua tahun sebelum dijadikan syair sebuah lagu.



Saat itu perang selama hampir 13 tahun yang melibatkan Napoleon baru saja berakhir. Napoleon takluk dalam pertempuran di Waterloo, Belgia, melawan pasukan koalisi sejumlah kerajaan. Penguasa Prancis itu lantas diasingkan ke Pulau Santa Helena di Samudra Atlantik Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mohr kemudian mengarang sebuah puisi dalam bahasa Jerman yang diberi judul 'Stille Nacht' untuk memperingati datangnya perdamaian setelah konflik berkepanjangan yang melanda Benua Eropa. Dua tahun Mohr menyimpan puisi itu.

Hingga suatu waktu menjelang Natal pada 1818, banjir melanda Oberndorf dan merusak organ milik gereja. Agar jemaat tetap bisa menyanyi di malam Natal, Mohr meminta seorang guru sekolah yang juga pemain organ gereja bernama Franz Xaver Gruber dari desa tetangga Arndorf untuk menyusun musiknya.


Mohr meminta Gruber bahwa lagu itu akan dinyanyikan dalam dua suara menggunakan instrumen gitar. Permintaan itu bisa diselesaikan Gruber dalam satu hari saja.

Pada masa itu, gitar bukan instrumen yang diperkenankan oleh gereja dipakai dalam misa. Karena itu, Mohr dan Gruber menunggu sampai misa berakhir untuk memulai debut lagu tersebut.

John Malathronas untuk CNN menuliskan bahwa Mohr menyanyikan lagu memakai suara tenor seraya memetik gitar. Sementara Gruber memakai suara bas, lalu kemudian jemaat ikut bernyanyi selayaknya paduan suara.



Lalu, bagaimana lagu yang dinyanyikan di desa terpencil itu bisa tersebar ke seluruh dunia. Seorang tukang setem organ bernama Karl Mauracher datang ke gereja itu saat tahun baru. Mauracher, yang mendengar lagu itu, kembali dinyanyikan pulang ke rumahnya di Tyrol membawa partitur.

Orang-orang Tyrol punya paduan suara yang berkeliling kota-kota di Jerman. Dua grup vokal, The Strasser and The Rainer Family, yang mendengar lagu itu lalu memasukkan 'Malam Kudus' dalam daftar lagu yang mereka nyanyikan.


Dalam waktu singkat, lagu ini tersebar luas ke seluruh Jerman, lalu ke Eropa. The Rainer Family kemudian membawanya melintasi Samudra Atlantik menuju Amerika Serikat.

Mohr meninggal dalam usia relatif muda, gambar dirinya tak pernah ada. Seorang pematung Josef Muehlbacher berinisiatif menggali kubur Mohr dan mengambil tengkoraknya. Muehlbacher lalu membuat potret Mohr berdasarkan imajinasinya dengan melihat tengkorak itu.



Tengkorak Mohr itu tak pernah kembali ke kuburnya. Muehlbacher meletakkannya di belakang altar gereja tempat lagu 'Malam Kudus' pertama kali dinyanyikan.
Halaman 2 dari 3
(pal/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads