Sosok Kim Dae Jung, Presiden Korsel yang Pernah Diculik Intelijen

Mesin Waktu

Sosok Kim Dae Jung, Presiden Korsel yang Pernah Diculik Intelijen

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Rabu, 18 Des 2019 20:30 WIB
Kim Dae Jung (kanan) saat pertemuan bersejarah dengan Presiden Korut Kim Jong Il di Pyongyang, Juni 2000. (Foto: dok. AFP)
Jakarta - Hari ini pada 1997 sejarah besar terjadi dalam pemilihan Presiden Korea Selatan (Korsel). Untuk pertama kalinya kandidat dari partai oposisi yang diwakili Kim Dae Jung menumbangkan Lee Hoi Chang, kandidat presiden partai penguasa.

Sebelum memenangi pemilihan itu, Kim beberapa kali ikut kontestasi yang sama. Namun semuanya berakhir kekalahan. Kim memulai kariernya sebagai aktivis prodemokrasi pada awal 1950, saat kebijakan Presiden Syngman Rhee mulai mengancam kebebasan sipil.


Kim lahir di Pulau Haui, pulau di pantai sebelah barat daya Korsel. Terpilih jadi anggota Majelis Nasional dalam pemilihan pada 1961. Tapi tiga hari setelah pemilihan, Mayor Jenderal Park Chung Hee memimpin pasukannya melakukan kudeta. Majelis Nasional pun dibubarkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia terpilih kembali pada 1963 mewakili Partai Demokrat. Lalu jadi juru bicara partai itu kemudian pimpinan Komisi Perencanaan Kebijakan. Saat Presiden Park ingin mengubah konstitusi agar bisa kembali memimpin, Kim turun ke jalan menentang niat itu.

Perlawanan pada Presiden Park tak hanya dilakukan di Korsel, Kim aktif berkeliling ke sejumlah negara untuk berbicara soal kebobrokan pemerintah. Hingga suatu saat, ketika diundang menghadiri sebuah pertemuan di Jepang pada 8 Agustus 1973, Kim mengalami peristiwa mengerikan.

Setelah mengikuti sebuah sesi yang digelar di Hotel Grand Palace di Chiyoda Ward, Tokyo, Jepang, Kim disergap oleh sekelompok orang. Dia dimasukkan di sebuah ruangan yang letaknya satu lantai dengan tempat pertemuan.

Rumor yang beredar, beberapa kamar itu disewa oleh kelompok Yakuza yang pimpinannya punya hubungan dengan Korean Central Intelligence Agency (KCIA). Agar tak sadar, Kim dibuat mabuk. Dengan kondisi mata tertutup, dia dipindahkan ke sebuah kapal.

Dalam sebuah wawancara, Kim mengatakan saat berada di kapal itu alat pemberat sudah diikatkan pada kakinya. Penculik sudah bersiap membuangnya ke laut. Namun rencana itu disebut digagalkan Angkatan Laut Jepang yang datang mengusir.

Sementara itu, BBC menyebut, Kim terhindar dari kematian karena intervensi militer Amerika Serikat. Disebut sebuah helikopter tempur militer AS terbang rendah di atas kapal yang membawa Kim dan para penculiknya. Dia lalu dipulangkan lima hari setelah penculikan di Jepang.

Seusai peristiwa itu, pemerintahan Park membantah terlibat. Namun kemudian mengutus perdana menteri membawa surat penyesalan Park yang ditujukan kepada Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka. Surat itu membuat Jepang tak memperpanjang peristiwa tersebut.

Namun, bagi Kim, penderitaan belum usai. Meski dibebaskan, dia harus menerima hukuman tahanan rumah selama 10 tahun karena menolak tunduk pada aturan-aturan militer.

Sebuah pengakuan dilontarkan National Intelligence Services (NIS), badan intelijen pengganti KCIA, pada Oktober 2007. NIS menyebut agen KCIA terlibat dalam insiden penculikan itu. "Presiden Park memberi persetujuan secara rahasia," seperti yang dikutip dari Reuters.

Semasa memerintah, Kim mengusahakan pembicaraan rekonsiliasi dengan seterunya di utara. Pertemuan bersejarah itu terwujud ketika Kim mengunjungi Pyongyang pada 15 Juni 2000 bertemu Presiden Kim Jong Il. Atas inisiatif perdamaian itu, Kim diganjar penghargaan Nobel Perdamaian pada 13 Oktober 2000.
Halaman 2 dari 3
(pal/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads