Tanda Tanya Keluarga Atas Penyelidikan Kasus Balita Tanpa Kepala

Round-Up

Tanda Tanya Keluarga Atas Penyelidikan Kasus Balita Tanpa Kepala

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 14 Des 2019 05:38 WIB
Foto: Warga bantu polisi cari potongan tubuh mayat balita tanpa kepala di Samarinda (Suriyatman-detikcom)
Samarinda - Kasus balita tanpa kepala di Samarinda belum menemui titik terang. Keluarga korban mempertanyakan hasil penyelidikan kepolisian yang menyebut balita Yusuf terseret arus di dalam parit.

Pihak kepolisian dua hari lalu menyebut balita tanpa kepala yang ditemukan di parit Jl Antasari, Samarinda, Kaltim, tercebur pada Jumat (22/11/2019). Balita Yusuf dilaporkan hilang dari PAUD sekitar pukul 15.00 Wita. Diduga balita Yusuf terjerembap dalam parit yang jaraknya 20 meter dari PAUD.

"Dugaan sementara ya memang anak ini tercebur akibat kelalaian pengasuh di rumah penitipan anak itu. Karena pengasuh ini ke toilet 5 menit, anak ini menghilang, sudah diupayakan mencari saat itu juga tidak ketemu," ujar Kapolresta Samarinda Kombes Arif Budiman kepada wartawan, Selasa (10/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dua minggu menghilang, balita Yusuf ditemukan sekitar pukul 08.15 Wita, Minggu (8/12). Lokasi penemuan balita tanpa kepala ini sekitar 4,5 km dari PAUD tempat penitipan balita.

Hasil pemeriksaan forensik sementara menunjukkan polisi menemukan kulit reptil di tubuh Yusuf sehingga tak menutup kemungkinan organ tubuh Yusuf tak utuh karena dimakan biawak, ular, atau sejenisnya. Di samping itu, jasad Balita Yusuf diketahui sudah 16 hari berada di parit tersebut.

"Dalam perjalanannya 16 hari itu kan jasadnya lembek udah kena air, mungkin digigit binatang, tergerus batu, ranting-ranting sehingga saat ditemukan sudah tidak utuh lagi jasad Yusuf," papar Kombes Arif.



Ayah Yusuf, Bambang Sulistyo, menepis pernyataan polisi soal kemungkinan Yusuf terseret arus di dalam parit. Pihak keluarga punya analisis lain.



Bambang mengatakan pihak keluarga dibantu Gerakan Merawat dan Menjaga Parit (Gemmpar) Samarinda, melakukan penelusuran jalur parit dan gorong-gorong di Samarinda. Hasilnya, menurut mereka, sangat kecil jika jasad itu terseret arus banjir dalam parit.

Menurut Bambang, dugaan polisi terkait penyebab kematian Yusuf terpatahkan. Pasalnya, alur parit menuju TKP memiliki banyak cabang dan berliku-liku.

"Pihak keluarga mematahkan pernyataan polisi, kalau anak kami tewas karena terseret banjir dalam parit. Hasil penelusuran tidak seperti itu," kata Bambang saat dihubungi, Jumat (13/12/2019).



Anggota Gemmpar, Marzuki Khairil, menuturkan dari penelusuran yang dilakukan di lapangan, kemungkinan besar jasad Yusuf hanya bisa masuk dan terjebak di dalam folder penampungan air di Jalan AW Sjahranie. Setelah itu, jasad tidak mungkin bisa hanyut sampai ke TKP penemuan.

Menurutnya, alur parit dari sekolah Day Care hingga ke TKP sangat jauh. Alurnya bercabang dan berliku. Ditambah lagi, ada beberapa parit yang memiliki pembatas jeruji untuk menjebak sampah.

"Rasanya jasad tidak bisa melewati folder. Jasad itu kalau ikut air, dia akan stop di tengah folder saja," jelasnya.



Merespons pernyataan keluarga Balita Yusuf, pihak kepolisian tak ingin berspekulasi. Polisi menegaskan masih melakukan penyelidikan. Sejumlah orang sudah diperiksa.

"Kami masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi," kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda AKP Damus Asa saat dihubungi, Jumat (13/12/2019).
Halaman 2 dari 2
(idn/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads