"Kita berharap dengan adanya penetapan ini membuka jalan nih untuk workshop-workshop, jadi teman-teman film bisa ketemu dengan pesilat, bisa lihat, oh ini geraknya nih, dan kira kira nanti industri populer bisa berkembang," kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid di Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2019).
"Kalau Bruce Lee, Jackie Chan bisa punya jurus yang sangat terkenal begitu, ya kenapa nggak, silat juga punya banyak jurus," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh banyak dong. Solidaritas, kerja sama, tadi saya bilang ya manusia ini kan pada dasarnya punya impuls-impuls apa namanya yang sifatnya primordial. Yang membedakan kita sama hewan itu kan akal. Jadi impuls itu tetap ada tapi kan, dan harus dikendalikan dan pencak silat ini lah adalah satu tradisi yang membuat orang atau masyarakat bisa mengendalikan segala macam impulsnya dengan baik," jelas Hilmar.
Tonton juga Pencak Silat Indonesia dan Silat Malaysia Masuk Daftar UNESCO :
Menurut Hilmar, pengendalian diri dalam pencak silat dapat membuat ketertiban dalam masyarakat. Menurutnya, orang-orang tak akan merasa harus saling berebut sesuatu jika memahami tradisi pencak silat.
"Karena orang kemudian nggak merasa harus perang, nggak merasa harus berebut, nggak merasa, karena sebetulnya kan dunia ini cukup buat semua. Hanya saja kan sekarang gimana caranya agar semua orang punya kesadaran oh ya saya tau tempat saya di sini, bagaimana berhubungan baik dengan satu sama lain. Nah tradisi pencak silat itu dianggap bisa berkontribusi terhadap itu semua," jelas Hilmar.
Hilmar berharap pencak silat dan pendidikan karakter dalam diintegrasikan. Dia menyebut pengendalian diri merupakan bagian penting dalam pendidikan karakter.
"Mungkin sekarang perlu kita tingkatkan apakah mungkin misalnya itu tadi ada soal pengendalian diri dan seterusnya itu, kita angkat menjadi bagian atau komponen yang sangat penting dari pendidikan karakter," kata Hilmar.
Halaman 2 dari 2











































