Busan, Asia Rasa Eropa!

Busan, Asia Rasa Eropa!

- detikNews
Minggu, 20 Nov 2005 11:40 WIB
Jakarta - Asia rasa Eropa. Itulah kesan pertama yang muncul saat mengunjungi kota Busan, Korea Selatan. Selain udaranya yang membekukan tangan, kebersihan, deretan apartemen murah dan arsitektur modern gedung perkantorannya mengingatkan, akan kota-kota di Eropa. Tapi ada satu hal yang menyadarkan bahwa kita tidak sedang berada di Munich atau Paris. Yakni papan penunjuk jalan, nama toko, dan baliho iklan warna-warni yang memeriahkan jalanan, ditulis dalam aksara Korea.Wartawan detikcom Luhur Hertanto, sempat menelusuri jalan-jalan di Kota Busan, Korea Selatan bersamaan dengan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di negara tersebut. Pemerintah kota, tampaknya merancang agar Busan ramah dengan warganya. Areal terbuka dan taman bunga kecil bertebaran di berbagai titik di pusat kota, mempercantik wajah kota dengan pelabuhan peti kemas terbesar ketiga di dunia ini. Sementara bagi pejalan kaki, trotoar selebar tiga meter tersedia di sisi jalan-jalan raya utama. Trotoar itu terbagi dua bagian. Areal warna merah selebar satu meter di bagian kanan buat pejalan kaki. Sisanya merupakan sirkuit bagi para skater, in-line skater, dan pengendara sepeda. Jalan rayanya sendiri kurang lebih mirip dengan Jakarta tapi tanpa jalur Bus Way. Lebar masing-masing jalur mencapai delapan meter. Yang membedakan, badan jalan merupakan bantalan beton yang digelar di atas aspal. Sementara untuk jalan-jalan kecil, tetap menggunakan aspal. Semua dalam suasana mirip kawasan Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Jalan yang hanya cukup untuk dua mobil itu, dipagari jajaran kios foto, toko souvenir, restoran, game centre, persewaan komik, factory outlet, karaoke, fitness centre, mini market 24 jam, dan berbagai bentuk usaha kecil lainnya.Namun justu pusat perbelanjaan besar seperti layaknya ITC di Jakarta atau WTC di Amerika, tidak tampak sama sekali. Supermarket, nyempil di tengah-tengah gedung-gedung perkantoran dan apartemen mewah yang hanya ada di pusat kota. Inilah sebenarnya bagian paling menarik dari Korea dan bisa jadi bahan studi banding Menteri UKM dan Koperasi. Maraknya usaha-usaha kecil itu, dengan menjadikan rumah sebagai tempat usaha yang murah karena tidak perlu bayar uang sewa, membuat kota ini bebas dari pedagang kali lima dan pedagang asongan. Dampak lain dari tata kota demikian, menjadi tempat-tempat keramaian dan hiburan tersebar di berbagai pelosok kota. Akibatnya, kepadatan lalu lintas pun tidak menumpuk di satu tempat saja. Kemacetan bisa dihindari. Tapi mungkin Pak Sutiyoso sulit mengadopsi cara serupa untuk memecahkan masalah kemacetan di Jakarta. Kios-kios kecil bisa hidup di Busan, karena orang Korea dikenal dengan semangat kewirausahaannya. Oh ya, ada satu faktor lagi yang membuat Busa tetap sebagai kota di Asia. Karakter pengemudinya. Baik pengendara mobil dan motor (boleh ngebut gak pake helm lho), sama saja dengan di Indonesia. Para pengemudi, suka nyerobot lampu merah dan tidak mau antri. Bedanya di Busan, pelakunya bukan pengemudi metro mini, bajaj atau angkot. Tapi justru para pengemudi mobil pribadi. Wah! (san/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads