"Oh siap, sedang menuju ke situ kita," ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Alue Dohong.
Hal itu disampaikan Alue, seusai menemui Guterres di plenary room di ajang Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC-COP25), di Feria de Madrid, Madrid, Spanyol, Kamis (12/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau menganggap Indonesia sebagai negara yang penting di dalam tataran politik perubahan iklim maupun penanganan iklim global," sambungnya.
Dia mengatakan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terkait energi terbarukan seperti panas bumi. Namun, Indonesia masih butuh investasi untuk bisa memanfaatkan potensi tersebut.
"Saya juga menyampaikan Indonesia punya potensi yang sangat besar terkait dengan energi terbarukan, seperti energi geothermal kemudian juga air, gas, biomass dan sebagainya. Namun demikian kita membutuhkan investasi untuk mengeksploitasi itu," ucapnya.
Transisi energi di Indonesia, kata Alue, dilakukan secara bertahap dan sudah direncanakan dengan baik. Sehingga Indonesia tidak secara serta merta mengubah energi konvensional ke terbarukan.
"Nah transisi energi di Indonesia dilakukan secara gradual, terencana dengan baik. Jadi tidak bisa serta merta kita meng-konversi energi konvensional ke terbarukan dalam waktu cepat sehingga dibutuhkan teknologi, ekspertis, dibutuhkan juga hal hak lain yang menjadi prakondisi untuk mencapai hal tersebut," tuturnya.
Sebelum transisi energi tercapai, Indonesia sudah melakukan pelbagai upaya untuk menurunkan tingkat emisi. Indonesia menargetkan pengurangan emisi 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 peraen dengan hubungan internasional.
"Di mana 11 persennya berasal dari sektor energi," ucapnya.
"Indonesia juga memiliki Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), di mana di dalamnya itu ada proses transisi energi konvensional menjadi energi terbarukan. "Salah satunya ada kebijakan bauran energi B20, B30 bahkan sampai B60 dan B100," lanjutnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini