Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengaku tidak khawatir peningkatan hubungan dengan Arab Saudi turut mempengaruhi penyebaran aliran Wahabi ke Indonesia. Ia menyatakan sudah ada kerangka yang dibangun untuk menjembatani kedua peradaban.
Salah satunya adalah penandatangan nota kesepahaman (MoU) kedua negara untuk menebar Islam moderat. Penandatanganan itu dilakukan saat Raja Salman bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor, awal Maret 2017.
"Kalau kita terjemahkan apa itu Islam moderat, Islam yang hanya mengenal bahasa perdamaian, Islam yang tidak ingin kegaduhan, peperangan, malapetaka," kata Agus yang juga Wakil Tetap RI di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dalam tayangan Blak-blakan di detik.com.
Untuk merealisasikan MoU itu, Kerajaan Arab Saudi kini tengah mengubah wajah Islamnya ke arah yang moderat. Putra Mahkota Mohammad Bin Salman (MBS) telah berkali-kali menyatakan akan menghilangkan aliran keagamaan garis keras yang ada di Arab Saudi.
Mohammad Bin Salman, Agus melanjutkan, sadar bahwa politisasi agama dan pemahaman agama yang rigid harus dihilangkan di Arab Saudi. Pasalnya, dia paham bahwa kekerasan-kekerasan yang terjadi atas nama agama terlahir dari pemahaman keagamaan yang sempit dan tekstualis.
"Saudi sudah sangat komit untuk menebar Islam moderat. Islam yang mengedepankan ayat-ayat perdamaian ketimbang ayat-ayat perang," ujar dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu.
Untuk diketahui, sejak dinobatkan sebagai Putra Mahkota, MBS telah menangkap puluhan ulama yang dianggap ekstrem dalam ceramah-ceramahnya. Di antara mereka yang ditangkap adalah ulama terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang dinyatakan Arab Saudi sebagai "organisasi teroris". Selain itu, Nassar al-Omar yang memiliki lebih dari enam juta pengikut di Twitter ditangkap usai berceramah di Masjidil Haram, 13 Agustus 2018.
Di pihak lain, Agus melanjutkan, Indonesia juga aktif melakukan dialog antarperadaban dengan Arab Saudi untuk mempromosikan Islam moderat. Salah satunya saat festival Janadriyah yang menjadi festival budaya terbesar di Timur Tengah pada Desember 2018 lalu. Saat itu, Indonesia didaulat menjadi Tamu Kehormatan festival.
Dalam festival tersebut sekitar 600 seniman dari Indonesia tampil selama satu bulan. Selain itu, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharanidiberi kesempatan menyampaikan pidato di depan Raja. "Jadi saya tekankan bahwa dialog peradaban ini yang menjadi rujukan kami, bukan benturan antarperadaban," pungkas Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton juga video Sambangi PP Muhammadiyah, PKS Bahas Integrasi Indonesia-Islam:
(hnf/jat)











































