"Nggak (mengganggu tarif), insyaallah. Insyaallah akan berjalan semuanya seperti biasa. Jadi operasional juga tidak akan terganggu. Ini semua sudah ada di dalam perhitungan kami," ucap Anies kepada wartawan di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Anies meminta TransJakarta, MRT, dan LRT mencari pendapatan di luar tiket atau non-farebox. Jadi, tidak tergantung pada subsidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, dalam KUA-PPAS 2020 DKI Jakarta, anggaran untuk belanja subsidi dipotong agar terhindar dari defisit. Awalnya pemerintah mengajukan Rp 6,741 triliun dipotong menjadi Rp 5,579. Item subsidi yang dipotong tidak hanya subsidi atau PSO untuk TransJakarta, tapi juga untuk MRT dan LRT.
"Jadi TransJakarta dari Rp 4,197 triliun jadi Rp 3,291 triliun. MRT Rp 938,5 miliar jadi Rp 825 miliar. LRT Rp 527,5 miliar jadi Rp 439,6 miliar," ucap Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, saat dihubungi, Senin (2/12).
Subsidi itu disebut akan mencukupi untuk operasional selama 10 bulan. Jadi, pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu.
"Untuk capaian maksimum untuk 10 bulan minimum kebutuhannya," ucap Syafrin.
Simak Video "Survei Kemenhub: 60% Pemudik Nataru Gunakan Transportasi Darat"
(aik/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini