Yenny Wahid: Isu Lingkungan Hidup Jadi Pemersatu Umat Beragama

Laporan dari Madrid

Yenny Wahid: Isu Lingkungan Hidup Jadi Pemersatu Umat Beragama

Mei Amelia R - detikNews
Selasa, 10 Des 2019 02:28 WIB
Yenny Wahid (Foto: Mei Amelia/detikcom)
Madrid - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid bicara soal pentingnya sentuhan agama dalam mengatasi perubahan iklim. Yenny mengatakan diperlukan peran pemuka agama untuk menyebarkan pesan terkait lingkungan hidup dalam dakwah.

"Jadi organisasi agama punya kemampuan untuk menyentuh sisi emosional manusia dan menjadi penggerak besar dalam lingkungan hidup. Tapi mereka harus diedukasi dan difasilitasi dan pemimpinnya terutama harus digerakkan untuk mau menyebarkan dakwah baru yaitu dakwah lingkungan hidup," jelas Yenny Wahid dalam diskusi bertema 'Pergerakan Agama dalan Perubahan Iklim' di Paviliun Indonesia pada Ajang UNFCCC-COP25, di Feria de Madrid, Madrid, Spanyol, Senin (9/12/2019).

Sentuhan agama itu, kata Yenny, telah dilakukan oleh dua organisasi islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Menurut Yenny, kedua organisasi islam terbesar di dunia itu telah melakukan insiatif-inisiatif dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup.

"(Misalnya) tanam pohon bakau, recycle, mengurangi sedikit lagi plastik, tapi belum terlalu masif. Karena memang belum tumbuh secara kesadaran di kalangan umat beragama, ini belum jadi gerakan yang masif," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Meski demikian, saat ini sudah cukup banyak pemuka agama yang memperhatikan masalah lingkungan hidup dalam kegiatan sosial beragama. Ia mencontohkan, ketika terjadi bencana, antarumat beragama saling bahu membantu.

"Masalah lingkungan hidup bisa jadi pemerhati antar-umat beragama. Ketika banjir, longsor nggak ditanya, longsornya nggak nanya kamu agama islam, apa kristen, apa budha apa hindu, semua akan alami hal sama, dampak sama," ujar Yenny.

"Isu lingkungan hidup harus jadi platform untuk menyatukan semua umat beragama, terutama dalam konteks Indonesia," tambahnya.



Yenny melanjutkan, telah banyak upaya-upaya tindakan nyata yang dilakukan pemuka agama di seluruh dunia dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Misalnya, di Oman.

"Saya baru kembali dari Oman dan di sana ada pertemuan para mufthi, para imam, ulama seluruh dunia ketemu untuk bicara soal pentingnya menghemat air, ini dari sisi segi fiqih atau hukum islam," kata Yenny.

Tindakan nyata juga dilakukan orang-orang Yahudi. Dia mengatakan, banyak sinagoge yang beralih ke energi yang ramah lingkungan dalam kegiatan ibadahnya.

"Ada juga gereja-gereja yang sekarang digunakan asetnya untuk berinvestasi dalam proyek yang bisa menyelamatkan lingkungan," kata Yenny.



Kemudian, Jainisme di India. Yenny mengatakan Jainisme telah menerapkan pola hidup yang ramah lingkungan, yakni dengan menjadi vegetarian.

"Jain yang tidak makan daging sama sekali, mereka vegetarian," ucapnya.

Dengan mengurangi makan daging, menurut Yenny dapat berkobtribusi dalam menurunkan gas metan. "Mengurangi makan daging bisa berakibat besar sekali. Karena satu sapi saja bisa keluarkan 120Kg gas metan. Nah kalau itu kemudian itu sama saja dengan pemakaian 1.000 liter bensin, itu bisa dipakai untuk keliling dunia itu dari satu sapi sendawa dia keluarkan gas metan," papar Yenny.

"Intinya tadi saya mengajak semua untuk berhijraj melakukan tindakan-tindakan besar dalam perubahan lingkungan," tutupnya.
Halaman 2 dari 2
(mei/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads