Survei Parameter: 50,3% Tak Setuju Gerakan 212-FPI Ancaman Demokrasi

Survei Parameter: 50,3% Tak Setuju Gerakan 212-FPI Ancaman Demokrasi

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Jumat, 29 Nov 2019 15:24 WIB
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno (Azizah/detikcom)
Jakarta - Lembaga survei Parameter menggelar survei yang terkait wajah Islam politik pasca-Pemilu 2019. Hasilnya, 50,3 persen responden tak setuju jika gerakan Islam seperti FPI dan 212 dianggap sebagai ancaman demokrasi.

Survei dilaksanakan pada 5-12 Oktober 2019 kepada 1.000 orang responden dengan metode stratified multistage random sampling. Margin of error survei sebesar 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung.


Responden diberikan pertanyaan 'Jika ada yang mengatakan bahwa kelompok Islam kanan seperti Gerakan 212, FPI, GNPF MUI, telah menjadi ancaman bagi demokrasi di Indonesia, apakah Bapak dan Ibu setuju dengan pendapat itu?'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi yang mengatakan bahwa kelompok-kelompok Islam kanan seperti GNPF dan lain-lain itu sebagai ancaman bagi stabilitas demokrasi, persentasenya itu 19,6 persen. Sementara yang menyatakan tidak setuju jauh lebih banyak, yaitu 50,3 persen. Sisanya itu tidak menjawab, kurang lebih 30 persen," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno di kantornya, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (29/11/2019).


Responden juga dimintai tanggapan soal aksi massa, seperti Aksi 212, Mujahid 212, dan Reuni 212. Tanggapan responden yang mendukung dan tidak mendukung pun hanya berbeda tipis.

"Kalau melihat kecenderungannya, yang mendukung kelompok-kelompok kanan untuk melakukan reuni, demonstrasi, munajat, dan seterusnya, yang setuju itu 32,5 persen, yang mendukung. Sementara yang tidak mendukung itu 33,6 persen. Ini terbelah tipis sebenarnya," ujar Adi.



Persepsi bahwa gerakan Islam kanan tidak mengancam iklim demokrasi di Indonesia itu tersebar di hampir semua lapisan demografi, dan juga di hampir seluruh pemilih partai politik. Namun, jika sudah menjadi gerakan aksi massa, lebih banyak yang menyatakan tidak mendukung.

"Ini yang menjadi penting dalam temuan kita bahwa gerakan 212 itu bukan ancaman bagi demokrasi. Tapi kalau sudah berubah menjadi gerakan massa, relatif banyak yang tidak setuju," ungkapnya.


Responden dalam survei ini juga ditanya pilihan politiknya dalam Pilpres 2019 lalu. Hasil survei Parameter menunjukkan 62 persen responden yang mendukung demonstrasi dan aksi massa gerakan Islam kanan adalah pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Dan uniknya, yang mendukung gerakan aksi Islam ini mengalir dari masyarakat kota, usianya muda, pendidikan tinggi, memiliki medsos, beragama Islam, dan mengaku mendukung Prabowo dan Sandi. Jadi ini in line seakan-akan bahwa bekas dari pilpres itu belum sepenuhnya usai," ucap Adi.


FPI Janji Setia NKRI-Pancasila, FPG: Dilihat Rekam Jejaknya

[Gambas:Video 20detik]

Halaman 2 dari 2
(azr/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads