Dalam RDP Komisi III dengan KPK justru para anggota Dewan yang terlibat saling sindir. Anggota DPR dimaksud ialah politikus Partai Demokrat Benny K Harman dan politikus PPP Arsul Sani.
Benny-lah yang lebih dulu menyindir Arsul. Sindiran itu disampaikan saat Benny menyinggung mengenai penyelidikan di KPK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arsul tiba-tiba menyela Benny yang sedang berbicara. Dia menyebut secara jelas penyelidikan yang dimaksud Benny.
"Kasus Sumber Waras, sebut saja," ucap Arsul.
Benny tampaknya tidak terima dengan sikap Arsul yang tiba-tiba menyela tanpa seizin pimpinan RDP. Saat inilah Benny menyindir Arsul.
"Kita hargai pimpinan lah, Pak Arsul kan Wakil Ketua MPR, ya kan. Kalau kami yang bukan wakil ketua ini bisa mungkin lebih anu ngomongnya, kan begitu," ucap Benny.
Rapat kemudian berlanjut hingga giliran Arsul yang berbicara. Arsul mulanya merespons pernyataan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif yang merasa tidak pernah dibantu oleh Komisi III.
"Bahwa Pak Laode tidak pernah dibantu, tidak benar. Ketika rumahnya Pak Laode, atau apa dibom, sama Pak Agus, kan minta disuarakan juga, saya suarakan. Kita minta atensi khusus dari pimpinan Polri, Komisi III juga minta atensi khusus sama Kapolri," tutur Arsul.
Benny terlihat seperti bertanya soal teror molotov di rumah salah satu pimpinan KPK itu. Arsul tiba-tiba seperti menjawab pertanyaan Benny.
"Bom molotov waktu itu," jawab Arsul.
Benny terlihat seperti baru memahami teror molotov yang dibicarakan Arsul. Nah, saat inilah Arsul balik menyindir Benny.
"Yah Pak Benny karena asyik jadi calon gubernur, nggak ngikutin berita ini," ujar Arsul.
Seperti diketahui, Arsul Sani merupakan Wakil Ketua MPR dari Fraksi PPP. Sedangkan Benny adalah calon Gubernur NTT yang diusung Demokrat, namun tidak terpilih.
Tonton juga Disebut Melempem di Kasus RJ Lino Oleh DPR, Ini Penjelasan KPK :
Halaman
1
(zak/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini