Tata Kampung Kumuh, Anies Diminta Dorong Warga ke Hunian Vertikal

Tata Kampung Kumuh, Anies Diminta Dorong Warga ke Hunian Vertikal

Muhammad Fida Ul Haq - detikNews
Rabu, 27 Nov 2019 08:18 WIB
Ilustrasi (Foto: Ferdy)
Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan penataan kampung kumuh di Jakarta masih kalah dengan Shanghai. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menyarankan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendorong warganya merubah pola dari tempat tinggal horizontal menjadi vertikal.

"Memang diakui kalau Jakarta ingin merubah seperti di Shanghai, itu memang harus merubah pola tempat tinggal di Jakarta. Dari tinggal secara horizontal pindah ke vertikal, rumah susun," kata Yayat kepada wartawan, Selasa (26/11/2019).


Yayat menuturkan penataan kampung-kampung kumuh membutuhkan waktu. Dia juga mengatakan harus ada dorongan semangat kepada warga agar DKI Jakarta lebih maju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Melakukan transformasi pembangunan kota itu, tidak bisa dalam jangka pendek. Dia berproses, memang agak beda membangun dengan Shanghai. Karena kalau membangun kota yang maju, itu masyarakatnya harus ikut maju. Jadi kalau di China itu, tekad masyarakat untuk maju dan berkembang apalagi dengan kekuatan pemerintahannya," jelasnya.



Tonton juga Mendagri: Pak Anies, Kita Lihat Jakarta Kayak Kampung Dibanding Shanghai :





Derasnya arus urbanisasi di Jakarta, menurut Yayat, juga menjadi penyebab sulitnya penataan kampung kumuh. Dia menilai tidak ada regulasi yang membatasi perpindahan orang menyebabkan lebih besarnya penduduk dibanding ketersediaan hunian layak di Jakarta.

"Jakarta ini mengapa lambat berubah, karena terlambat melakukan resettlement, renewal, revitalisasi," tuturnya.

Yayat menyinggung konsep penataan kampung Gubernur Ali Sadikin di masa lalu. Dia mengatakan banyak kota yang pernah mencontoh keberhasilan Jakarta dalam menata kampung.

"Jakarta itu pernah sukses di zaman Bang Ali dengan konsep Husni Thamrin. Kampung Improvement Project. Orang-orang itu belajar dari Jakarta, dulu bahkan orang-orang belajar memperbaiki kampung dari Jakarta," tuturnya.


Kepada Anies, Yayat menyarankan program konsultan penataan kampung atau community action plan (CAP) dipercepat. Dia menilai, program tersebut baik dalam melakukan penataan di kampung-kampung.

"Pak Anies ada CAP, community action plan. Pak Anies sudah membuat program di 22 RT/RW yang kumuh itu, yang sekarang ini. Cuman sekarang kita menunggu aksinya lebih lanjut. Karena kelihatannya, Pak Anies harus mendorong, kota kawasan kumuh yang diprioritaskan untuk diperbaiki," ujarnya.



Sebelumnya, pernyataan Tito disampaikan dalam Musyawarah Nasional IV APPSI Tahun 2019. Di situ, Tito menyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gara-gara Jakarta yang dinilai seperti kampung jika dibandingkan dengan Shanghai, China.

"Pak Anies, saya yakin kalau sering ke China, kalau kita lihat Jakarta kayak kampung dibanding Shanghai," kata Tito di Hotel Borobudur, di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (26/11)

Tito menceritakan kunjungannya ke Shanghai dan Beijing, China, pada 1998. Dia mengatakan Shanghai dan Beijing saat itu masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan Kota Jakarta.

"Tahun '98 saya masih ingat, saya kebetulan Sesko di Australia saat itu, studi banding ke China, Beijing dan Shanghai, masih banyak yang naik sepeda. Dengan Jakarta, Beijing kayak kampung, rumah-rumah kumuh, sungai yang kotor hitam banyak di mana-mana, sepeda masih di jalan," jelas Tito.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads