Di Bedah Buku PKI, Eks Menhan Ryamizard Bicara Pentingnya Bela Negara

Di Bedah Buku PKI, Eks Menhan Ryamizard Bicara Pentingnya Bela Negara

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Sabtu, 23 Nov 2019 13:07 WIB
Eks Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu (Lisye/detikcom)
Jakarta - Eks Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri acara bedah buku 'PKI Dalang dan Pelaku Kudeta G30S/1965' di Lemhannas, Jakarta Pusat. Ryamizard mengatakan bela negara penting dilakukan untuk melawan ideologi pemecah bangsa.

"Di samping ancaman nyata dalam era globalisasi berbasis revolusi industri 4.0, saat ini ancaman perang mindset, pikiran yang menjadi penting dan populer dalam perang modern. Saya nyatakan kita perang modern yang berupaya merubah negara Pancasila dan berupaya memecah belah NKRI," ujar Ryamizard saat memberikan sambutan dalam bedah buku yang berlangsung di Lemhannas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2019).


Menurut eks Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu, ancaman di era globalisasi ini adalah upaya untuk merusak moral dan jati diri bangsa. Ancaman itu menyasar berbagai lapisan kehidupan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ancaman ini berbentuk kekuatan soft power yang berupaya untuk merusak landasan moral dan jati diri bangsa Indonesia melalui inteligen, militer, ekonomi, sosial budaya, kultur, dan agama. Dengan tujuan untuk membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara melalui pengaruh ideologi asing yang beraliran materialisme," kata dia.


Ryamizard menyebut esensi dari bela negara adalah membangun kembali jati diri bangsa. Dengan bela negara, Indonesia tidak mudah dipengaruhi oleh paham yang ingin mengganti ideologi bangsa.

"Esensi dari bela negara adalah membangun kembali sebuah kesadaran akan jati diri, identitas bangsa Indonesia yang sesungguhnya agar kita tidak mudah dibelokkan oleh ilusi-ilusi yang dikembangkan oleh ideologi lain yang berupaya memecah belah bangsa," ucapnya.


Simak Video: "BNPT Bantah Eks Menhan Ryamizard soal 3 Persen TNI Terpapar Radikalisme"





Ryamizard kemudian menyinggung bedah buku yang membahas sejarah PKI itu. Menurutnya, PKI adalah paham yang tidak benar. Dia juga menjabarkan pemberontakan yang pernah dilakukan oleh PKI pada saat penjajahan Belanda hingga peristiwa 1965.

"Masalah PKI, PKI ini luar biasa nggak benar. Tadi sudah diuraikan jelas itu. Nggak perlu dijelaskan lagi. Jadi sebetulnya dia sudah tiga kali berontak, artinya tukang berontak. Tahun 1926, kalaupun belum merdeka kita, tahun 1948, 1965 yang bahaya lagi dia pada waktu zaman Belanda di mendompleng itu, bahaya itu. Jadi artinya menusuk dari belakang. Waktu kita menghadapi konfrontasi dengan Malaysia dia mendompleng lagi, tahun 1965 kejadian," ujarnya.


Ryamizard mengingatkan agar selalu waspada terhadap paham komunisme yang bisa membonceng setiap peristiwa. Menurutnya, PKI akan selalu memanfaatkan setiap peluang yang ada.

"Sekarang kita berhadapan dengan teroris khilafah-khilafah itu dia mendompleng lagi. Hati-hati itu, hati-hati. Saya sudah sampaikan tiga tahun lalu, waktu itu benar waktu di Papua dia dompleng di situ. Ini PKI ini, dia tidak menggunakan yang lain-lain," pungkasnya.

"Jadi kita harus waspada, jadi jangan sampai kita... Waspada harus, kita di rumah harus waspada, nyupir harus waspada. Apa pun kita harus waspada," lanjutnya.
Halaman 2 dari 2
(lir/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads