Dia menegaskan tak ada ruang bagi orang-orang yang tak mau menegakkan NKRI. Pelecehan terhadap simbol negara, menurut Fachrul, merupakan persoalan serius.
"Kembali saya katakan, dalam hal-hal ini kita nggak usah memberikan ruang. Tegas saja bahwa Anda mau sama-sama kita menegakkan NKRI atau Anda musuh dalam selimut. Kalau musuh dalam selimut, silakan Anda keluar. Banyak orang lain yang siap mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia," tegas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fachrul lantas bicara mengenai radikalisme yang bukan hanya datang dari satu agama. Radikalisme, dalam pemahaman Fachrul, pun bisa bernuansa ekonomi dan politik.
"Penting dicatat, dinamika radikalisme dan ekstremisme bukan di satu agama saja, melainkan ada di banyak agama dan radikalisme dan ekstremisme tidak melulu bernuansa agama. Karena ada pula radikalisme dalam ekonomi dan politik. Monopoli ekonomi yang mengabaikan rasa keadilan masyarakat misalnya menjadi bentuk ekstremisme bernuansa ekonomi," tutur dia.
Karena itu, Fachrul mendorong sikap beragama yang moderat. Ini dirasa penting untuk mewujudkan toleransi dalam kehidupan bangsa Indonesia.
"Pandangan dan sikap yang moderat dapat menciptakan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kokoh. Kokohnya rasa nasionalisme ini menjadi bahan bakar yang dapat melesatkan kemajuan Indonesia menjadi negara lima besar ekonomi dua," imbuh dia.
(knv/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini