Pertemuan lintas agama ini digelar di kantor Center for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CDCC), Jalan Warung Jati Timur, Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019). Acara ini dihadiri oleh Pendeta Jacky Manuputty, Pendeta Jimmy Sorbin, Romo Heri Wibowo, Bhikkhu Indamedho, dan juga Wenshi Rudi Gunawijaya yang mewakili umat Konghucu.
Din mengingatkan agar umat antaragama bisa tetap menjaga silaturahmi di tengah-tengah upaya perpecahan. Dia meminta masyarakat mengikuti jalan tengah di masing-masing agama, yang artinya bersikap netral dan menjaga toleransi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi unsur jalan tengah yang pemahamannya, pengertiannya sama dengan agama lain. Toleransi lebih kepada menerima perbedaan, bahkan dianggap sebagai sunatullah hukum, kemajemukan," imbuhnya.
Din mengatakan dalam Islam ada konsep 'lakum dinukum waliyadin'. Menurutnya, petikan ayat Alquran itu perlu dipahami secara aktif.
"Dalam Islam ada ungkapan 'lakum dinukum waliyadin'. Tapi itu sering dipahami secara pasif, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Kalau pemahaman aktif, (maknanya) kalaupun kita beda, namun harus sama-sama kita hargai, kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan,"ujar Din.
Bhikkhu Indamedho juga menambahkan agar masyarakat Buddha di Indonesia terus menjaga toleransi. "Tentu sebagai Agama Budha kita selalu mengingatkan masyarakat toleransi, sehingga menimbulkan keakraban di mana pun berada," kata Bhikkhu.
Sementara itu, Wenshi Rudi Gunawijaya berharap dengan peringatan Hari Toleransi Internasional bisa menumbuhkan kembali sifat toleransi di Indonesia. Dia juga meminta agar kata 'toleransi' tidak hanya menjadi simbol atau slogan saja.
"Toleransi jangan jadi slogan, harus kita wujudkan dengan semua perbuatan kita. Jangan sebagai slogan harus sama-sama kita wujudkan," jelasnya.
Selain itu, Romo Heri Wibowo perwakilan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mengimbau agar semua masyarakat Indonesia bisa saling menghargai dan mengasihi satu sama lain. Dia menyebut toleransi bisa mempererat persaudaraan sesama manusia.
"Dengan demikian, toleransi menghayati, menghormati agama dan inklusif tanpa kehilangan identitas, justru semakin membangun persaudaraan sebagaimana wujud nyata penghargaan terhadap harkat martabat manusia," tuturnya.
Pertemuan tokoh lintas agama ini menghasilkan lima poin pesan bangsa. Berikut kesimpulan 5 poin kesepakatan IRC Indonesia:
1. Mengajak segenap keluarga besar bangsa mensyukuri rahmat Ilahi atas anugerahNya bagi bangsa Indonesia yang majemuk namun dapat hidup dalam harmoni dan toleransi.
2. Toleransi merupakan ajaran agama yang penting. Maka oleh karena itu berpesan kepada segenap pemeluk agama untuk mengamalkan ajaran toleransi dalam kehidupan bersama. Yakni dengan menerima perbedaan dan saling menghormati perbedaan-perbedaan itu.
3. Intoleransi adalah fenomena nyata dalam kehidupan bangsa, yang mengejawantah baik dalam pikiran maupun tindakan segelintir anak-anak bangsa. Maka adalah kewajiban bagi kita semua sebagai umat cinta damai dan kerukunan untuk mengajak mereka ke jalan toleransi dan harmoni.
4. Mengajak segenap keluarga besar bangsa untuk mengembangkan budaya toleransi sebagai manifestasi etika keagamaan, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat. maupun bangsa. Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia menuntut adanya wawasan saling memahami dan menghormati perbedaan antara agama-agama, dan suku-suku bangsa.
5. Mendorong komunikasi lintas pemeluk agama untuk memperbanyak perjumpaan, percakapan dan kerja sama guna meningkatkan kuaIitas kemanusiaan dan lingkungan.
Halaman 2 dari 2