"Oh iya nggak ada masalah, kita kalau secara legal formal itu yang diakui oleh negara adalah hasil Muktamar Pondok Gede 2016. Jadi bagi kami nggak ada masalah, cuma memang kami perlu secara kultural, struktural itu masing-masing nanti kami selesaikan dengan baik," ujar Suharso, di DPP PPP, Jl Diponegoro Nomor 60, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah ketemu dengan Pak Humphrey. Kami sudah tidak lagi bicara soal sekat-sekat, kami bicara sebagai sesama kader PPP, jadi nggak ada masalah," kata Suharso.
Terkait pernyataan politikus senior PPP Hamzah Haz adanya yang mengkhawatirkan penurunan elektabilitas PPP, Suharso menyebut hal tersebut merupakan hal yang wajar. Dia mengatakan pernyataan Hamzah Haz merupakan peringatan yang harus ditanggapi positif.
"Itu kekhawatiran yang masuk akal sebagai senior sebagai kader terbaik PPP sampai saat ini, karena bisa mencapai posisi Wakil Presiden. Saya kira peringatan beliau itu peringatan yang cerdas yang harus ditanggapi positif oleh para kader," tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Sekjen PPP Arsul Sani mengatakan pembahasan Islah kedua kubu saat ini hampir selesai. Namun Arsul menyebut hanya beberapa orang yang belum secara resemi bergabung, nantinya satu kelompok ini akan diundang dalam mukernas PPP.
"Islah PPP itu sebenarnya sudah hampir selesai, tinggal sekelompok orang saja yang belum secara resmi bergabung. Namun komunikasinya sudah cair terutama sejak Plt Ketum Suharso. Di mukernas kami akan undang yang sekelompok orang itu, agar benar-benar cair menyatu," ujar Arsul.
Seperti yang diketahui, PPP terpecah menjadi 2 kubu. Dua kubu tersebut, yakni PPP kubu Muktamar Jakarta yang diketuai Humphrey Djemat dan kubu PPP versi Muktamar Surabaya yang saat ini dipimpin Suharso Monoarfa.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini