"Penamaan Tarsius niemitzi sendiri diambil dari nama Carsten Niemitz, tokoh biologi," demikian keterangan LIPI seperti dalam cuitan di akun Twitter @lipiindonesia, Rabu (13/11/2019).
Sebetulnya primata yang berukuran sekepalan orang dewasa ini sudah ditemukan 25 tahun lalu oleh Carsten Niemitz. Namun dibutuhkan waktu penelitian untuk memastikan tarsius di Kepulauan Togean itu berbeda dengan jenis tarsius lainnya.
Identifikasi ini merupakan kolaborasi penelitian antara peneliti #LIPI; Western Washington University, PT. Hatfield Indonesia; Australian National University; Global Wildlife Conservation Austin; dan University of California. pic.twitter.com/I6Tx0b6Q5L
β LIPI (@lipiindonesia) November 11, 2019
Primata kecil ini memiliki ekor berpigmen gelap dan bulu wajah abu-abu gelap, khususnya pada tarsius dewasa. Hal ini tak lazim untuk spesies tarsius endemik Sulawesi dan pulau sekitarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Identifikasi ini menggunakan spesimen fisik tarsius jantan yang ditemukan tahun 2009 di Kecamatan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, dan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense.
Satwa nokturnal Togean yang hanya memiliki pasangan seumur hidup ini memiliki perbedaan secara taksonomi berdasarkan vokalisasi. Niemitz pernah melaporkan, tarsius dari Togean memiliki duet yang sederhana.
Duet ialah suara yang dihasilkan sepasang tarsius pada pagi dan sore di saat matahari tenggelam dan sebelum terbit.
"Secara akustik, warna suara tarsius Togean memiliki duet yang sederhana, bahkan mungkin yang paling sederhana dari semua duet tarsius yang dikenal," kata peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Ibnu Maryanto.
Simak juga video Enam Desa di Sigi Sulteng Diguyur Hujan Es:
Halaman 2 dari 1
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini