"Sebagai orang baru yang mendapat amanah untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Kepolisian Republik Indonesia, saya datang bersama beberapa staf saya yang merupakan tradisi sudah berjalan untuk begitu baik dari pendahulu-pendahulu saya sebelumnya. Kita tahu bersama, PBNU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia yang komitmennya terhadap NKRI tidak perlu diragukan lagi," kata Idham dalam pertemuan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2019).
Selama ini, menurut Idham, Polri merasakan besarnya bantuan PBNU untuk membawa Indonesia menuju arah yang lebih aman, tenteram, tertib. Idham menegaskan Polri tidak mungkin bisa bekerja sendiri tanpa bantuan ormas seperti PBNU.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Said sebelumnya mengatakan NU bersama Polri selalu bergandengan tangan bersama-sama memperkuat civil society, struktur sosial, kebersamaan masyarakat, hingga empat pilar, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945. Said menegaskan kunjungan Kapolri ini merupakan tradisi.
"Jadi bukan barang baru, Pak Tito (Tito Karnavian) juga begitu diangkat menjadi Kapolri sejak Kapolda juga sering ke sini, dulu Pak Sutarman juga, Pak Timur (Pradopo). Alhasil, negara besar seperti apapun kuat seperti apapun harus memperkuat kekuatan civil society," kata Said di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (12/11).
Tanpa memperkuat civil society, lanjutnya, struktur sosial akan rapuh seperti di Timur Tengah yang tidak memiliki struktur sosial, yang ada cuma suku dan parpol. Sementara di Indonesia, ada struktur sosial seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya. Ormas-ormas tersebut non-politik praktis tapi politik kebangsaan.
"Oleh karena itu, selama NU dan ormas-ormas lain bersama-sama polisi insyaallah negara akan aman, damai, dan tenteram karena musuh bersama kita adalah teroris, narkoba, dan lain-lain, koruptor juga dan paling ngeri narkoba. Sampai ke SD sampai ke kampung-kampung ini harus bergandengan tangan antara semua pihak terutama kita kelompok NU ulama dengan berbagai badan otonom, Muslimat, Fatayat, Ansor, dan seterusnya," ujarnya.
Halaman 2 dari 2











































