Pakar ekspresi Handoko Gani mulanya mengingatkan publik tak hanya fokus pada pelukan yang disampaikan Jokowi. Pasalnya, pelukan Jokowi-Surya Paloh dan Paloh-Sohibul punya perbedaan. Handoko merupakan satu-satunya trainer Interview dan Analisis Perilaku (Human Lie Detector) dari latar belakang Sipil yang memiliki otorisasi penggunaan alat layered voice analysis (LVA).
"Pesannya bukan di pelukan. Ini jangan terpaku pada pelukan. Ini justru mengingatkan. Ketika kita melihat pelukan antara Surya Paloh-Sohibul Iman versus Surya Paloh-Jokowi, sesungguhnya kita melihat dua jenis pelukan yang memang berbeda. Surya Paloh-Sohibul Iman tentunya spontan. Sedangkan, Surya Paloh-Jokowi tentunya tidak spontan," kata Handoko kepada wartawan, Selasa (12/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Handoko menduga perbedaan pelukan ini ada karena faktor emosi itu sendiri. "Hipotesis saya, perbedaan kedua adalah pada emosinya itu sendiri. Kita tahu bahwa berpelukan antarpria di Indonesia itu sesuatu hal yang bukan budaya. Kebiasaan pun hanya dilakukan bila kedua belah pihak terbiasa dengan berpelukan," ujarnya.
"Kita melihat bahwa pelukan Paloh-Sohibul adalah pelukan bermakna keakraban, dengan perasaan pertemanan yang gembira. Sementara, pelukan Paloh-Jokowi adalah pelukan yang lebih bermakna 'saling memaklumi, saling memaafkan, saling guyup kembali'," lanjutnya.
Handoko lantas menyoroti ucapan Jokowi ketika bicara soal tidak ada yang salah dengan pelukan atau rangkulan. Menurutnya, ketika berbicara soal itu, ada emosi nyinyir di dalamnya.
"Pak Jokowi tidak fokus di pelukannya, tapi di niat. Buktinya ketika bicara 'apa yang salah...?' kembali pada niatnya. Di saat mengatakan 'apa yang salah' di menit 0:51, terlihat adanya gerakan Action Unit R14B, yang merupakan gerakan emosi nyinyir," ungkapnya.
Dia juga mengatakan Jokowi sempat berapi-api ketika melanjutkan pembahasannya soal pelukan. Ketika bicara soal 'apa yang keliru dari pelukan', menurut Handoko, Jokowi sedang menyampaikan nasehat manis.
"Dan kemudian, kita juga melihat betapa beliau berapi-api menjelaskan 'apa yang keliru, apa yang salah?' yang sebetulnya ini pidato reaktif untuk menjawab 'rangkulan saja dicurigai, bangsa model apa ini ?' dengan gaya nasihat manis," tuturnya.
![]() |
Lebih lanjut, Handoko menjelaskan bahwa Surya Paloh paham akan ucapan Jokowi tersebut. Hal ini terbukti ekspresi Surya Paloh.
"Saya rasa Pak Surya Paloh paham tujuan ucapan Pak Jokowi tersebut. Terbukti adanya ekspresi berbeda antara audience yang gembira bertepuk tangan versus Surya Paloh yang hanya terdiam dengan ekspresi serius," jelasnya.
![]() |
Sebelumnya, sebagaimana diketahui, Jokowi merespons soal sorotannya ke pelukan Surya-Sohibul yang ramai diperbincangkan. Jokowi menyampaikan hal itu di HUT ke-8 NasDem di JI Expo, Kemayoran, Jakarta, Senin (11/11).
"Urusan rangkulan Bang Surya dan Pak Sohibul Iman itu hanya masalah kecemburuan," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi menyebut tak ada yang salah dengan rangkulan. Apalagi kalau niatnya untuk komitmen kenegaraan.
"Rangkulan itu apa yang salah, itu bagus, tapi sekali lagi juga semua kembali pada niatnya. Kalau niatnya itu untuk komitmen kenegaraan apa yang salah? Kalau rangkulan untuk komitmen kebangsaan apa yang keliru? Sangat bagus sekali apa yang dicontohkan Bang Surya," kata Jokowi.
Setelah menyampaikan pidato, Jokowi pun akhirnya berpelukan dengan Surya Paloh.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini