"Kenapa saya langsung terduduk, karena masyarakat sudah dalam keadaan marah sekali, sudah nggak bisa dibendung emosinya. Tangan saya langsung bermohon, saya katakan 'sudah pak, ini orang (petambang) sudah jatuh, sudah pak, sudah'," kata Iptu Akbar Andi Malloroang saat dihubungi, Senin (11/11/2019).
Sejumlah warga yang 'mengepung' petambang langsung mundur menjauhi korban. Kericuhan ini terjadi di lokasi tambang di Desa Salipoli, Pinrang pada Selasa (5/11).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iptu Akbar menerangkan dirinya saat itu pergi ke lokasi kericuhan massa warga dengan petambang bersama 4 anggtota polisi. Ada anggota yang diarahkan ke Desa Salipolo, sedangkan Kapolsek ke lokasi tambang pasir.
Situasi saat itu sudah panas, para petambang menurut Iptu Akbar sudah siap berhadapan dengan warga. Warga memang menolak aktivitas tambang di wilayahnya karena dinilai merusak lingkungan.
Saat berada di lokasi tambang pasir, warga siang itu mendekat ke arah petambang. Iptu Akbar sempat mencegah tapi warga tetap mendekat.
"Kami tidak dihiraukan, malah masyarakat merangsek masuk, maju sampai ke tempat ekskavator, di sana mereka melakukan aksi anarkis pembakaran. Yang menyerang duluan masyarakat desa yang tidak menginginkan ada kegiatan tambang di situ," sambung Akbar.
Saat negosiasi dilakukan dengan warga, di titik lain sudah terjadi kericuhan. Petambang membawa parang, massa membawa bambu runcing
Kapolres Pinrang AKBP Bambang Suharyono sebelumnya mengatakan penolakan aktivitas tambang sudah dimediasi. Sebenarnya sudah ada kesepakatan rekomendasi agar tidak dilakukan aktivitas penambangan sampai ada keputusan mediasi. Namun kericuhan terjadi karena pekerja tambang kembali beraktivitas.
Simak juga video "Video Kapolsek Bersimpuh Demi Lindungi Korban Amuk Massa" :
(fdn/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini