Indro menyampaikan hal itu pada pembukaan Rapat Kerja APHI, Senin (10/11) di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Raker APHI Tahun 2019 kali ini mengambil tema bertajuk 'Bisnis Kehutanan: Sehat, Kompetitif Dan Berkelanjutan'.
Sehat, kata Indro, dimaknai sebagai kemampuan entitas bisnis kehutanan secara finansial menguntungkan dalam menjalankan usahanya, yang menghasilkan manfaat untuk share holder, karyawan, dan masyarakat luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tema tersebut dipilih untuk mendongkrak kembali kinerja sektor hulu dan hilir kehutanan tahun 2020, yang sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, setelah pada tahun 2019 mengalami penurunan kinerja. Melemahnya kinerja di tahun 2019 dipicu oleh melemahnya permintaan dunia terhadap produk kayu olahan, terutama plywood, yang berimbas menurunnya permintaan bahan baku kayu bulat alam dan kayu tanaman. Sampai dengan September 2019 total nilai ekspor mencapai USD 8,66 Milyar mengalami penurunan 6,57% pada periode yang sama tahun 2018 sebesar USD 9,27 Milyar.
Untuk meningkatkan investasi dan ekspor, APHI telah melakukan dialog dengan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Duta Besar Indonesia untuk Belanda, dan Duta Besar Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia.
"Tanggapan dari para Duta Besar sangat positif untuk mendukung promosi dan upaya-upaya perluasan pasar kayu olahan Indonesia. Hal ini menumbuhkan optimisme untuk meningkatkan ekspor kayu olahan," ujar Indroyono dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/11/2019).
Pada tahun 2020 , diketahui sektor usaha kehutanan akan menghadapi tantangan dan isu-isu strategis dalam pengembangan investasi.
"Beberapa isu strategis perlu segera dicarikan solusinya untuk mendongkrak kinerja kehutanan saat ini yakni penetapan batas areal kerja usaha; pengembangan multiusaha; sinergitas dan perimbangan perdagangan hasil hutan hulu hilir; pendanaan kehutanan, rasionalisasi & relevansi pungutan kehutanan; kemitraan kehutanan serta pengembangan sistem klaster pusat pertumbuhan baru kehutanan," jelas Indroyono.
Sebagai bahan masukan untuk Pemerintah dan acuan bagi para pihak mengenai gambaran investasi kehutanan, APHI telah menyusun Roadmap Pembangunan Hutan Produksi Tahun 2019-2045, sebagai bentuk kontribusi kami kepada pemerintah yang merupakan penyempurnaan dari Road Map yang telah disusun sebelumnya.
"Road Map ini berisi target-target investasi, produksi dan ekspor serta penyerapan tenaga kerja di sektor kehutanan dari hulu ke hilir, tidak hanya hasil hutan kayu, tetapi secara rinci juga memperhitungkan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan seperti ekowisata. Momentumnya sangat tepat dengan kebijakan Presiden Joko Widodo di periode kedua pemerintahannya, untuk mendorong investasi, ekspor dan penyerapan tenaga kerja," tutur Indroyono.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, lanjut Indroyono, nilai ekspor yang sampai dengan tahun 2018 mencapai USD 12,17 Milyar, diproyeksikan meningkat menjadi USD 132 Milyar pada tahun 2045, atau 11kali lipat dari nilai ekspor tahun 2018." Untuk itu, hari ini kami Asosiasi Kehutanan hulu hilir mendeklarasikan pembentukan Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia, yang beranggotakan APHI, APKINDO, APKI, ISWA, ASMINDO, ILWA dan HIMKI. Target Road Map tidak akan tercapai tanpa sinergi dan soliditas antar Asosiasi hulu-hilir kehutanan," pungkas Indro.
Halaman 2 dari 2