Usai razia, pasangan suami istri akhirnya mendatangi Kantor Satlantas Polres Bengkalis di Duri. Maruly dan Netawati datang menemui Hairul. Di sinilah, akhirnya Maruly sadar, bahwa urusan dana tilang akan menjadi tanggung jawab pribadi Kasat Lantas yang barusan dia marahi.
"Saya bayarkan dana tilangnya, saya titipkan dana pajak motornya yang sudah mati selama 3 tahun. Saya minta Maruly untuk tetap hadir di persidangan. Saya tak mungkin tak menilangnya, karena nanti malah terjadi diskriminasi," kata Hairul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbincangan di antara mereka pun mencair. Maruly ternyata pandai mengaji. Di sinilah terbetik hati Kasat Lantas menawarkannya menjadi garim masjid di Satlantas di Kota Bengkalis, ibu kota Kabupaten Bengkalis yang posisinya pulau terpisah dari Sumatera. Berketepan juga sudah setahun tak ada garim yang mengurusi masjid.
"Saya tawarkan, pekerjaan jadi garim di masjid kami. Sebab, kita punya dana zakat profesi jajaran Polres Bengkalis dan bisa memberikan gaji Rp 1 juta per bulan untuknya. Karena dia pandai mengaji, saya tawarkan juga untuk jadi guru ngaji di anak-anak TK dan PUAD di Polres. Tapi saat itu dia masih pikir-pikir," kata Hairul.
Rupanya tawaran menjadi garim masjid akhirnya diterima Maruly. Dua hari menjelang operasi zebra berakhir, dia menyatakan minatnya bekerja mengurusi masjid dengan syarat boleh membawa istri.
"Ya sudah kami terima. Saat itu dari Duri saya akan pulang ke Bengkalis, dan mereka ikut bersama. Sekarang Maruly sudah bekerja dengan kami," kata Hairul.
Maruly mulai bekerja terhitung 5 November lalu. Dia diberikan tempat tinggal di salah satu kamar bekas rumah dinas Waka Polres Bengkalis yang dijadikan mess. Di sanalah, Maruly kini tinggal dan bekerja mengurusi kebersihan masjid dan menjadi guru mengaji.
(cha/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini