"Kalau para ketua DPP sudah nyentuh sampai gapoktan, sungguh seluruh program kegiatan para petani itu bisa kita dampingi dengan baik karena Menteri Pertanian hanya mendengar ajuan-ajuan melalui gapoktan, tidak mau mendengar dari yang lain, ya," kata Moeldoko, Sabtu (9/11/2019).
Hal tersebut disampaikan Moeldoko dalam pidatonya di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) HKTI 2019 di Discovery Ancol Hotel, Jalan Lodan Timur, Ancol, Jakarta Utara. Dia berharap Indonesia tak lagi melakukan impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moeldoko mengaku sempat mengajak Mentan Syahrul Yasin Limpo panen. Dia menunjukkan panen hasil bibit padi M70D yang dapat dipanen dalam waktu 75-80 hari.
"Kemarin saya membawa Mentan melihat langsung ke lapangan ya. Itu luar biasa, betul-betul luar biasa. M70D usianya kurang-lebih 75 hari sampai 80 hari. Tapi nggak akan saya ubah namanya karena udah keburu 70D. Nggak mungkin saya ubah jadi 80D, nanti bingung orang," ujarnya.
"Usianya antara 75-80 hari itu sudah memberikan penghematan 30 hari. Karena rata-rata padi kita itu usianya 110-115 hari. Hasilnya 8,8 ton kemarin. Ya. Itu bukan sampling. Kalau sampling-nya itu 9 (ton) lebih. Itu pakai sekian meter kali sekian meter. Setelah itu baru dikonversi secara keseluruhan dalam 1 hektare. Ini hasil riil, hasil nyata," sambung Moeldoko.
Dia meminta HKTI membantu pemerintah mencapai tujuan kedaulatan pangan. Moeldoko mengatakan, jika Indonesia melakukan impor beras, hal itu jadi tamparan HKTI.
"Kalau itu yang terjadi, sungguh sangat malu kita memiliki HKTI kalau negara itu masih impor beras. Lantas apa yang kita kerjakan ini. Ini sudah hitungan pasar seperti itu," ujarnya.
Dia meminta HKTI menjadi kekuatan baru untuk menggerakkan. Menurutnya, jika masyarakat sudah terbiasa menikmati setiap jengkal tanah untuk kepentingan makan, maka akan sangat mudah digerakkan.
Selain beras, menurutnya, HKTI dapat memperhatikan sayur mayur dan buah-buahan. Sebab, Indonesia, yang berada di zona tropis, tentu punya kelebihan dalam hal kesuburan dan distribusi cahaya matahari.
"Kita memiliki keunggulan buah tropis, hanya beberapa negara yang bisa menghasilkan. Masa sih kita nggak bisa. Sekarang yang lagi ngetren itu manggis. Manggis lagi ngetren. Harganya luar biasa. Sekarang yang lagi dicari itu alpukat, harganya juga luar biasa. Tapi kenapa kita diam?" kata dia.
"Masa kita nggak bergerak sih merespons pasar seperti itu, tanahnya ada, cuacanya memenuhi, airnya ada. Kok kita nggak bisa sih. Aneh ya, ke mana kita semuanya ini. Ke mana itu HKTI itu. Cobalah, ayo. Ayo kita kita bangkit, kita bangkit, jangan hanya ngomong HKTI bangkit, bangkit, tidur melulu saja. Coba teriak bangkit paling besar tuh teriaknya," ungkap Moeldoko.
Dalam acara ini hadir juga Sekretaris Jendral HKTI Mayjen (Purn) Bambang Budi W dan Ketua Umum HKTI 2010-2015 Oesman Sapta Odang (OSO). Keduanya berharap HKTI bisa jadi alat perjuangan agar kebutuhan pangan Indonesia terpenuhi. Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia Sofyan Djalil juga hadir dalam acara ini.
Simak Video "Moeldoko Bentuk Struktur Baru Kantor Staf Presiden"
Halaman 2 dari 2