"Kalau anggaran (lem Aibon) itu pasti dicoret. Mau ngapain sekolah beli lem? Buat apa coba, buat ini (mabuk) ngelem?" ucap M Taufik di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2019).
Taufik pun menyebut setiap tahun pasti ada rencana anggaran DKI yang tidak beres muncul. Namun, dia yakin rencana anggaran aneh itu selalu bisa disisir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M Taufik menyebut rencana pembelian lem Aibon bukan menjadi yang terparah. Kehebohan ada karena pembahasan dilakukan di ruang publik, termasuk media sosial.
"Nggak, bukan separah itu. Banyak, banyak. Kalau dulu kan diskusinya di dalam ruangan, nggak di luar. Jadi kayak gitu-gitu pasti kesisir," ucap Taufik, yang juga politikus Gerindra.
Diketahui, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menemukan rencana anggaran lem Aibon di Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat senilai Rp 82 M. Anggaran itu kini dialihkan dan menjadi alat tulis kantor senilai Rp 22 miliar.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta lalu menjelaskan bahwa anggaran itu merupakan anggaran sementara untuk kemudian diubah setelah mendapat rencana anggaran dari pihak sekolah. Anggaran yang tertulis dalam lem Aibon merupakan anggaran alat kelengkapan kantor Biaya Operasional Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat. Ada perubahan angka setelah dilakukan penyesuaian.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga sudah menegaskan tak mungkin membeli lem Aibon senilai Rp 82 miliar. Dia mengatakan munculnya anggaran yang aneh tersebut dipicu oleh masalah sistem.
Halaman 2 dari 2











































