Kisah Nabi Muhammad SAW saat kecil bertemu seorang rahib (biarawan) Buhaira di bawah Pohon Sahabi di daerah Syam sangat populer. Tak hanya di kalangan muslim, tapi juga non muslim. Cerita itu menjadi kajian sejumlah ulama dan sejarawan. Ada yang membenarkan, tak sedikit meragukan.
Seperti apa sebenarnya kisah Nabi Muhammad SAW dan pohon Sahabi tersebut?
Ada dua versi terkait waktu kejadian Nabi Muhammad bertemu dengan Rahib Buhaira. Pendapat pertama menyebut peristiwa itu terjadi ketika Rasulullah SAW berusia 9 tahun, versi kedua disebutkan umur Beliau sudah 12 tahun. Dikisahkan, ketika itu Nabi Muhammad yang sudah yatim piatu diasuh oleh sang paman Abu Thalib.
Abu Thalib kerap berdagang ke Negeri Syam dan beberapa kali meninggalkan Muhammad di Makkah. Pada suatu hari Muhammad kecil bergelayutan di pundak sang paman, minta diikutkan berdagang ke Syam. Musabab merasa kasihan, Abu Thalib pun mengajak Muhammad.
Bersama rombongan pedagang Quraisy, Abu Thalib dan Muhammad berangkat ke Negeri Syam. Tiba di Bashra, -salah satu wilayah di Negeri Syam-, rombongan berhenti dan berteduh di bawah pohon Sahabi. Di sinilah kemudian mereka bertemu dengan Buhaira yang seorang pendeta Nasrani.
![]() |
Setelah berbincang-bincang sejenak Buhaira mengajak Abu Thalib, Muhammad, dan rombongan singgah di kediamannya untuk makan. Sebelumnya memang Buhaira sudah merasakan firasat akan bertemu dengan seorang nabi terakhir.
Kepada rombongan tersebut, Buhaira pun memberitahu Abu Thalib bahwa ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW. Tanda itu berupa, awan yang selalu memayungi Muhammad dari terik sinar matahari selama perjalanan.
Buhaira juga melihat ketika Nabi Muhammad sedang duduk di bawah Pohon Sahabi ranting-ranting pohon menunduk berusaha menutupi Nabi Muhammad agar tidak terkena terik panas matahari. Dia pun berpesan kepada Abu Thalib untuk selalu menjaga putra kecil itu, karena suatu saat ia akan membawa keberkahan bagi umat manusia.
Terkait kisah ini, ada beda pendapat antar ulama dan sejarawan.
Dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Abul Hasan 'Ali al Hasani an-Nadwi, kisah tersebut disampaikan panjang lebar dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam, dan beberapa kitab lainnya. Namun kisah ini banyak mendapat koreksi dari sejumlah kritikus dan ahli hadits. Mereka mengkritik dari segi periwayatan juga redaksi haditsnya.
Dalam Kitab Siratun Nabiy karya al-'Allamah asy-Syibili an-Nu'mani disebutkan bahwa seluruh periwayatan kisah Nabi Muhammad bertemu Buhaira tersebut berstatus mursal.
"Sekalipun berstatus mursal, pernyataan sahabat radhiyallahu 'anhum tetap menjadi hujjah (argumentasi) bagi sebagian besar hadits dan ahli fikih," tulis Abul Hasan a'Ali al Hasani an-Nadwi dalam Sirah Nabawiyah yang dikutip detikcom.
Periwayatan kisah Nabi Muhammad bertemu dengan Buhaira di bawah pohon Sahabi ini lemah sebab tak ada sahabat yang mendengar langsung cerita itu dari Rasulullah. Bahkan ada informasi dalam sebuah hadits yang diragukan sebab tak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya ada hadits yang perawinya Abdurrahman bin Ghazwan. Dia menyebut bahwa ketika itu Abu Thalib mengutus Rasulullah bersama Bilal.
"Ini adalah kesalahan yang fatal, sebab sesungguhnya Bilal ketika itu belum lahir. Jika pun sudah lahir dia tidak bersama dengan paman Nabi dan tidak bersama Abu Bakar," tulis al-'Allamah asy-Syibili an-Nu'mani dalam Kitab Siratun Nabiy.
Al-'Allamah adz-Dzahabi mengatakan belum pernah menemukan riwayat tentang kisah Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan sang paman terkait pernyataan Rahib Buhaira setelah bertemu di pohon Sahabi. Pun juga di kalangan kaum Quraisy, juga para Syekh.
"Sekalipun mereka sangat berkepentingan dan dorongan mereka sangat besar untuk kisah-kisah tersebut," tulis Al-'Allamah adz-Dzahab seperti dikutip dalam Sirah Nabawiyah karya Abul Hasan 'Ali al Hasani an-Nadwi.