Ini Pos Obati Rindu Prajurit TNI di Perbatasan Pulau Sekatung

Ini Pos Obati Rindu Prajurit TNI di Perbatasan Pulau Sekatung

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Kamis, 31 Okt 2019 11:07 WIB
Foto: Mustiana Lestari
Natuna -

Pulau Sekatung berada di wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri. Pulau ini letaknya di laut China Selatan yang kini dijaga TNI sebagai wilayah pertahanan pulau terdepan. Pulau Sekatung dihuni personel TNI terdiri dari Batalyon Armed TNI AD dan Marinir TNI AL. Mereka berjaga selama 9 bulan secara bergantian dari satuan-satuan yang tersebar di penjuru Indonesia.

Tersedia barak yang permanen di sana, ada juga musala yang dibangun semasa Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Para prajurit dari dua matra ini dipimpin Letda Herry Y A Numberi.

Dulunya, kebutuhan listrik di sana hanya mengandalkan genset yang dikelola sendiri oleh TNI. Kini sejak September 2019, PLN sudah hadir di sana untuk turut membantu TNI mendukung kedaulatan NKRI.

Ada cerita menarik di lokasi penjagaan di pulau terdepan itu. Listrik memang tak lagi menjadi kendala. Hanya saja persoalan komunikasi seluler menjadi halangan tersendiri.

Sinyal komunikasi di Pulau Sekatung sebagai tempat penjagaan militer ini tidak tersedia dengan baik. Jaringan seluler hanya mengandalkan 'sisa' sinyal dari pulau sebelahnya yakni Pulau Laut.

Imbasnya belum maksimalnya jaringan seluler di sana, sehingga untuk membuat laporan dengan WhatsApp, harus menyeberang ke pulau sebelahnya. Sehingga saban hari membuat laporan harian harus menggunakan kapan kecil pergi ke pulau sebelah agar bisa mendapatkan akses sinyal yang bagus.

"Kita mengirim laporan harian lewat WA, harus pergi ke pulau sebelah. Saban hari seperti itu. Karena di sini, untuk sinyal susah tak bisa kita menggunakan WA, paling cuma SMS saja," kata Herry.

Mereka pun membangun pos tempat nongkrong para prajurit. Pos yang mereka bangun dari kayu dan papan ini menghadap ke laut. Bagian depan pos, terdapat meja dan tempat duduk kayu memanjang. Bagian belakangnya ada tempat duduk berbentuk panggung. Pos ini luasnya tak lebih sekitar 2 x 3 meter saja.

Di meja pos ini saban hari akan berjejer handphone (HP) milik para prajurit. Jumlahnya bisa belasan HP terpajang di sana dengan posisi berdiri. HP itu kadang sengaja ditinggal sebagian prajurit, ada sebagian memang sengaja menunggu sinyal seluler di pos itu. Di pos itulah mereka menunggu kabar suka dan duka.

Berjejernya HP di pos ini, semata-mata untuk mendapatkan komunikasi dengan sanak keluarga mereka. Sebab, hanya di lokasi itulah bisa mendapatkan sinyal komunikasi yang baik di banding lokasi lainnya.

Pos tempat duduk santai para prajurit ini tak ubahnya sebagai 'Pos Anti Galau' untuk menghilangkan kejenuhan selama bertugas 9 bulan di pulau tanpa penduduk itu. Setelah mereka habis bertugas ptaroli, maka HP akan tersusun di atas meja.

Para prajurit pun berjejer duduk di pos 'Anti Galau' itu. Meletakkan HP bukan berarti langsung mendapatkan sinyal. Harus butuh waktu dan kesabaran untuk mendapatkan akses komunikasi tersebut.

Bila akses komunikasi HP sudah didapat, maka jangan heran, bila para prajurit di pos itu ngobrol sambil di dengar teman sebelahnya. Komunikasi hanya bisa dilakukan hanya telepon semata tanpa bisa menggunakan akses komunikasi medsos.

Jadi, begitu sinyal nyangkut di HP para prajurit pun bercerita di pos tersebut. Suara penelepon yang satu, di dengar oleh yang lain. Kalau tak mau didengar, mereka ada yang menggunakan handset.

Mengapa mereka tetap komunikasi telepon di lokasi itu? Jawabannya sederhana, begitu mereka bergeser dari 'Pos Anti Galau' itu maka sinyal akan hilang. Itu sebabnya, mereka melepaskan kerinduan kepada sanak keluarga dan para sahabatnya di pos tersebut tanpa beranjak.

"Kalau kita bergeser dari pos ini, sinyal akan hilang. Jadi ya kita ngobrolnya di sini saja. Sudah biasa kita saling mendengar obrolan masing-masing," kata Letda CPL Joni Marson dari TNI AD, Komposit Gardapati, Ranai, yang bertugas di sana.

Hiburan satu-satunya hanyalah komunikasi lewat seluler ke sanak keluarga para prajurit. Padahal si 'Pos Anti Galau' itu, Menteri Perikanan Susi pernah nongkrong di sana. Dia duduk dengan prajurit bersama-sama menunggukan untuk mendapatkan sinyal seluler.

Begitu sinyal didapatnya, Menteri Susi berkomunikasi dengan Menteri Komunikasi dan Informasi. Di hadapan para prajurit, Susi meminta Kementerian Komunikasi untuk membangunan jaringan komunikasi di Sekatung.

Permintaan Susi memang dikabulkan. Di tahun 2019 ini, pihak Kementerian Komunikasi membangun tower khusus untuk komunikasi di wilayah pulau terdepan Indonesia itu. Sebuah, tower kecil sudah dibangun di perbukitan yang tak jauh dari barak TNI.

"Kalau tower untuk komunikasinya memang sudah dibangunkan, tapi sampai sekarang belum aktif. Hanya tiangnya saja yang ada, sinyal belum. Kita belum bisa komunikasi dengan baik di Sekatung ini," kata Komandan Sekatung, Letda Herry putra Papua yang menjadi pemimpin di pengamanan di Pulau Sekatung.

Tentunya para prajurit yang menjaga di wilayah pulau terdepan ini berharap adanya perbaikan sentral komunikasi yang memadai di sana. Agar mereka tidak mesti Hilir mudik pergi ke pulau Laut hanya sekedar mencari sinyal agar bisa mengirim laporan ke puncuk pimpinan mereka atau bertukar sapa dengan keluarga.

Detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan. Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!

(mul/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads