Jakarta - Pertemuan Ketua Umum Partai NasDem
Surya Paloh dengan Presiden
PKS Sohibul Iman dinilai karena NasDem tidak
happy dengan kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).
NasDem membantah penilaian itu. Bahkan rencana pertemuan itu sudah diberitahukan ke Jokowi sebelumnya.
"Nggak lah. Nggak seperti itu (tidak happy dengan kabinet Jokowi). NasDem dari awal adalah 'orang dalam' Pak Jokowi," kata Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya, kepada wartawan, Kamis (31/10/2019).
NasDem juga menerima struktur kabinet serta penempatan apapun yang diminta Jokowi. "Itu sudah konsekuensi, baik pahit maupun getirnya kita terima, di manapun posisinya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, NasDem sudah mendukung Jokowi sejak 2014, dilanjut 2019. Sopan santun terhadap Presiden Jokowi tetap dijaga. Tandangnya Ketua Umum ke markas PKS kemarin juga sudah diberitahukan ke Jokowi pada kesempatan pelantikan Presiden Jokowi, 20 Oktober lalu, di Gedung Parlemen. Kebetulan, posisi Willy saat itu ada di dekat Surya Paloh sehingga mengetahui apa yang dikatakan Paloh ke Jokowi.
"Saat Pak Surya ke depan memberikan ucapan selamat ke Pak Jokowi (saat pelantikan Presiden), Pak Surya menyampaikan kepada Pak Jokowi, 'Pak Presiden, besok saya mau bertandang, mau bertamu ke kantor PKS.' Jadi ada komunikasi. NasDem benar-benar mengedepankan adab dalam berpolitik, tidak kemudian main 'slonong boy'," tutur Willy.
Dukungan NasDem ke Jokowi adalah dukungan tanpa syarat. NasDem tidak keberatan dengan keputusan Jokowi untuk memasukkan Gerindra ke koalisi. Sebagaimana diketahui, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo menjadi menteri di kabinet Jokowi.
"Tidak ada sakit hati dari NasDem," kata dia.
Terlebih, Prabowo sudah menjalin komunikasi dengan Paloh sebelum Prabowo masuk kabinet. Hanya saja, Paloh tetap berpijak pada pendiriannya bahwa perlu ada mekanisme checks and balances dalam pemerintahan demokratis.
"Kalau toh mau ditarik sebagai sebuah simbol rekonsiliasi, tidak semuanya ditarik (ke dalam koalisi), tetap harus ada partai yang menjalankan oposisi di luar pemerintahan," tutur Willy.
Sebelumnya, peneliti departemen politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai tandangnya Paloh ke markas PKS dilatarbelakangi rasa tidak senang dengan pembentukan kabinet Indonesia Maju.
"NasDem mengirimkan kode keras kepada partai-partai di koalisi dan Istana, bahwa NasDem tidak terlalu happy dengan proses pembentukan kabinet," kata Arya kepada wartawan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini