Chairman Trash Hero di Kepulauan Kei, Ronald Reyaan, terketuk menjaga surga-surga yang dianugerahkan Tuhan untuk Kei.
"Karena Pulau Kei punya potensi pariwisata yang bagus, segala wisata baharinya bagus. Kalau dikotori sampah plastik, sangat mempengaruhi wisatanya," jelas Ronald kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Bersama puluhan orang lainnya, Ronald memunguti sampah-sampah yang terserak di pantai-pantai di Kei, Maluku Tenggara. Belum juga setengah jam, tumpukan sampah sudah penuh di kantong sampah yang dibawanya. Memprihatinkan.
"Sepuluh tahun lalu Pulau Kei tidak banyak sampah. Setelah dibuka infrastruktur, supermarket, (Pulau Kei) menjadi sangat mengkhawatirkan," tambahnya.
Ronald pun menceritakan awal dirinya bergabung dengan gerakan nonprofit yang berkantor pusat di Swiss ini. Dengan membawa tekad menjaga surga-surga di Kei, dia pun menemui Ketua Trash Hero di Gianyar, Bali, dan menyatakan bergabung beberapa bulan lalu. Sepulang dari Bali, dia langsung bergerak mengumpulkan para relawan yang satu visi dengannya.
"Kami bertemu dengan teman, lalu diskusi, dengan prinsip dasar kami cinta Pulau Kei, ingin berbuat untuk Pulau Kei dengan hati dengan keikhlasan. Kami mulai dengan 10 orang, sampai sekarang sudah ada 45 kegiatan," tandas dia.
![]() |
Gerakan ini bukan tanpa hambatan karena bukan cuma membersihkan sampah tetapi juga mengedukasi masyarakat agar peduli dan mengurangi sampah plastik. Apalagi, menurutnya, sebagian masyarakat juga malu dan jijik jika ikut bergabung dengan gerakan memungut sampah ini.
"Pada awalnya masyarakat tertidur karena tidak berpikir impact sampah plastik terhadap manusia dan lingkungan, kami ingin kegiatan ini jadi inspirasi dan edukasi untuk jaga lingkungan dari plastik, styrofoam, dan semua jenis sampah yang tidak dapat terurai," tutur dia.
Namun hal tersebut tak berlangsung lama. Sebab, berbagai pihak mulai bergandengan tangan untuk menjaga pantai-pantai di Kei dari sampah.
"Pergerakan Trash Hero membuat perubahan. Masyarakat mulai sadar, contohnya sampah plastik. Awalnya mereka pikir plastik saja tidak berpikir ini tidak bisa terurai makanya edukasi penting," jelas dia yang mengaku melakukan aksi clean up seminggu sekali di berbagai tempat, termasuk tempat wisata Dertavur.
Bahkan gerakan ini sudah masuk ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi. Contohnya, sekolah di Langgur yang sudah tidak menggunakan plastik.
"Kei begitu indah. Mari jaga kebersihan lingkungan karena esensi semua untuk memajukan pariwisata, perikanan. Kalau daerah bersih, manusia juga bersih, kalau lingkungan bersih semua juga bersih, iman juga bersih," tutup dia.
Sementara itu, Kepala Desa atau Kepala Ohoi Dertavun Lebora Woersok, yang ikut serta bersih-bersih di desanya, mendukung penuh gerakan ini. "Terima kasih kepada Trash Hero karena mereka punya niat baik untuk membersihkan tempat wisata yang ada pantai ini," tutup dia.
Dia pun mengaku mendorong kebersihan di lokasi wisata ini dengan menempatkan berbagai tempat sampah yang berjumlah puluhan dengan anggaran desa. Namun, menurutnya, persoalan sampah datang dari kesadaran setiap orang.
"Situasi sampah di sini kesadaran masyarakat sudah ada namun penilaian saya sampah ini banyak juga dibuat dari pengunjung hanya mereka belum ada kesadaran," tutup dia.
Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.
Simak juga video "Enbal, Olahan Singkong 'Bali' Beracun di Maluku Tenggara" :
(mul/mpr)