Saat Anies Soroti Anggaran Kertas Rp 213 M hingga Hadiah Lomba di DKI

Saat Anies Soroti Anggaran Kertas Rp 213 M hingga Hadiah Lomba di DKI

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 30 Okt 2019 17:15 WIB
Foto: Anies saat soroti KUA-PPAS (Dok. DiskominfoJKT)
Jakarta - Pemprov DKI mengunggah video saat Gubernur DKI, Anies Baswedan, membahas sejumlah usulan anggaran di rencana Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 bersama jajarannya. Anies menyoroti anggaran alat tulis puluhan miliar hingga anggaran hadiah lomba.

Sebagaimana diketahui, Anies menggelar rapat terkait penyusunan KUA-PPAS 2020 pada Rabu, 23 Oktober 2019. Acara rapat tersebut direkam dan diunggah oleh Pemprov DKI pada Selasa (29/10/2019) di akun Youtubenya. Berikut ini beberapa poin yang disampaikan:


1. Anies ingin tujuan anggaran untuk keadilan sosial

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anies ingin penyusunan KUA-PPAS 2020 dilakukan secara teliti. Penyusunan anggaran itu yang merupakan cikal bakal APBD DKI Jakarta.

"Kita sudah mulai pembahasan, di internal kita sudah lihat data-data. Saya ingin menggarisbawahi beberapa butir. Kita menyadari kondisi perekonomian, seperti saya bilang, kondisi perekonomian agak menantang sekarang. Jadi kita harus benar-benar teliti atas apa yang kita masukkan ke dalam anggaran kita," kata Anies.


[Gambas:Youtube]



Anies mengingatkan, Pemprov DKI punya waktu yang pendek dalam menyusun anggaran 2020. Dia pun menyinggung soal Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) DKI Jakarta yang menyusut.

"Waktunya pendek untuk 2020 ini. Tinggal satu bulan lebih sedikit. Kita harus menuntaskan. Di tahun 2020, dari catatan laporan yang saya terima, prediksi SILPA kita akan mengalami pengurangan yang sangat signifikan. Karena itu, dari proyeksi target SILPA 8,5 T berubah menjadi 3 T. Konsekwensi anggaran untuk 2020 harus kita ubah untuk menyesuaikan kondisi SILPA yang kita miliki," tutur Anies.

"Karena itu, kita berkumpul di sini, saya menggarisbawahi pentinganya kita lebih rapi dan lebih teliti di dalam anggaran yang kita susun," sambung Anies.


Anies menjelaskan soal fungsi anggaran. Dia membedakan soal fungsi anggaran swasta berbeda dengan fungsi anggaran pemerintah. Menurutnya, anggaran pemerintah fungsinya bukan untuk mencari keuntungan.

"Kita tidak bertugas untuk meningkatkan keuntungan. BUMD harus untung supaya sustainable. Tugas BUMD itu bukan untuk mendapatkan untuk sebesar-besarnya. Tugas BUMD itu jangan membebani pemerintah," kata Anies.


Selain itu, Anies mengatakan, fungsi BUMD adalah menjalankan bisnis tetapi tujuannya tetap negara. Dia ingin prinsip keadilan sosial menjadi tujuan.

"Ia menjalankan negara secara bisnis. Tapi tujuannya tetap negara. Tujuan kita itu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu tujuan kita. Di Jakarta untuk seluruh warga Jakarta, itu pedoman kita," ujarnya.

2. Anies ingatkan soal 'who gets what?'

Di atas podium, Anies mengatakan tujuan penganggaran harus jelas tujuannya, yakni pemerataan ekonomi. Anies mencontohkannya dengan perbandingan kursi yang diproduksi oleh pabrik dan kursi buatan pengarajin.

"Poin saya adalah, mau bapak ibu beli kursi bikinan pabrik, atau bikinan kursi bikinan pengerajin, itu adalah putusan kita. Uangnya akan diberikan kepada siapa?" kata Anies.


Anies menjelaskan, pengadaan barang bukan sekadar mengadakan saja. Pengadaan barang juga harus menciptakan efek pemeretaan ekonomi.

"Kalau bapak ibu pilih pabrik, maka uang kita ke pabrik. Kalau bapak ibu pilih kursinya buatan dari pengerajin kursi tapi dengan kualitas, maka uangnya ke pengerajin. Jadi bukan hanya mengadakan kursi. Tapi who gets what? Where, when, how much? Betul kan? Kenapa yang besar makin besar, yang kecil tetap kecil, karena kami dalam menyusun anggaran, siapa dapat apa? Karena itu, efek pemerataan, tidak terlalu memikirkan," jelas Anies.

3. Pesan Anies ke bawahan: don't do it the lazy way

Anies tak ingin anggaran disusun secara asal-asalan. Dia melarang jajarannya mengerjakan sesuatu dengan malas.

"Saya ingin dalam bapak ibu merancang anggaran, saya ingin don't do it the lazy way. Don't do it lazy way. Apa itu? ya pokoknya ada," tegas Anies.

Untuk itu, Anies juga menunjukkan beberapa contoh gambar infrastruktur yang dikerjakan asal-asalan. Misalnya, lubang pohon yang dibuat di luar titik pohon.

4. Anies singgung soal hadiah lomba yang kecil

Anies pun menyinggung soal penganggaran yang tidak seimbang. Dia mencontohkannya dengan acara lomba penulisan puisi nasional di TIM Cikini, yang harga tiket masuknya lebih mahal ketimbang nilai hadiahnya.

"Masak kita bikin acara nasional, tiketnya sama hadiahnya mahal tiketnya. Kan tidak menghargai bukan? Ini contoh," ungkap Anies.

Dia juga berbicara soal lomba di sekolah. Ada lomba yang anggaran untuk hadiah pemenang jauh lebih kecil ketimbang anggaran kaos.

"Belanja kaos Rp 200 juta. Hadiahnya berapa? Rp 12 juta. Coba kalau ini dipakai untuk membangun fasilitas sekolah yang menang. Jauh lebih besar bukan?" lanjutnya.

5. Anies soroti anggaran belanja alat kantor yang tinggi

Kemudian, Anies menyoroti anggaran belanja kantor yang tinggi. Salah satunya, ialah anggaran Belanja Alat Tulis Kantor Suku Dinas (Sukdin) Jaktim. Dalam anggaran tersebut ada usulan ballpoint Rp 635 miliar. Anies pun menyindir usulan ini dengan cara mengambil tiga buah laser pointer.

"Ballpoint Rp 635 miliar. Mau contoh? Saya punya tiga laser pointer. Di tempat yang sama. Tiga. Masih mau tambah lagi?" ujar Anies sembari memamerkan laser pointernya.

Anies menjelaskan, ballpoint dan lasser pointer tersebut dibuat di pabrik-pabrik. Dia menyinggung, uang yang dianggarkan untuk pembelian barang-barang itu akan terus masuk pabrik. Maka dari itu, dia melarang jajarannya berhenti melakukan penganggaran tersebut. "Stop doing this. Berhenti mengerjakan ini," tegas Anies.


Selain ballpoint, Anies juga menyinggung soal anggaran kertas Rp 213 miliar, tinta printer Rp 400 miliar, stabilo Rp 3 miliar, penghapus Rp 31 miliar dan Rp 31 miliar kalkulator. Menurut pengalamannya, mestinya anggaran alat kantor tak sebesar ini. Anies bercerita pernah bekerja dengan membawa alat kantornya sendiri.

Dia menyebut hal-hal kecil seperti ini yang justru kerap lolos. "Karena kecil-kecil ini. Sembunyi sana-sini, lolos. Siapa yang lolosin? Gubernur DKI Jakarta, terus turun ke bawahnya," ujarnya.

6. Anies larang fasilitas yang berlebih

Anies melarang jajarannya berfokus pada fasilitas yang mewah. Anies mulanya bercerita ketika berkunjung Kementerian Pendidikan India. Di sana Anies banyak menemukan fasilitas yang sangat sederhana. Namun, ketika berbicara soal subtansi, orang-orang India begitu hebat.

Maka dari itu, Anies mengingatkan agar jajarannya tak fokus pada fasilitas berlebih. Dia ingin pembelanjaan yang tidak penting diakhiri.

"Jangan kita konsentrasi pada fasilitas yang berlebih, itu lewat bapak ibu. Cukup sudah belanja-belanja yang tidak penting itu," katanya.

Sekali lagi, Anies ingin semua pembelanjaan anggaran dilakukan secara transparan. Tak boleh ada yang sembunyi-sembunyi. "Jangan ada yang disembunyikan. Jangan ada yang diselip-selipkan," ujarnya tegas.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads