Per 27 Oktober 2019, sistem 2-1 diuji coba di jalur Puncak. Namun kenyataannya macet malah semakin parah. Apa yang salah?
Sebelum membahas perihal itu, ada baiknya mengetahui lebih detail soal apa itu sistem 2-1. Sistem itu menggantikan sistem satu jalur atau one way atau buka tutup yang menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdar) Budi Setiyadi sudah diterapkan sejak 1985 hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persoalannya adalah saat sistem buka tutup diberlakukan maka otomatis membuat para pengendara termasuk warga sekitar memperhatikan waktu penerapannya. Sebagai contoh, saat jalur yang dibuka ke arah Puncak maka masyarakat tidak bisa menggunakan jalur itu untuk turun ke arah Jakarta, begitu pun sebaliknya.
Kini kebijakan itu bakal tergantikan setelah sekian puluh tahun dengan sistem 2-1. Apa itu?
Pada sistem 2-1 kendaraan dapat bergerak dari dua arah dalam waktu bersamaan. Pada skema sistem 2-1 ini, setiap akhir pekan jalur Puncak akan dioptimalkan menjadi 3 lajur. Pemisahan lajur dilakukan dengan menempatkan traffic cone sepanjang jalur Puncak mulai dari Simpang Gadog hingga Taman Safari Indonesia.
Foto: Jalur Puncak macet saat uji coba sistem 2-1 (Sachril/detikcom) |
Dari 3 lajur yang ada, nantinya mulai pukul 03.00 - 13.00 WIB, lajur 1 dan 2 akan diperuntukkan bagi kendaraan yang mengarah ke Puncak atau naik, sedangkan lajur 3 untuk kendaraan menuju arah Gadog (turun). Pada pukul 12.30 - 14.00 WIB lajur 1 tetap diperuntukkan bagi kendaraan yang mengarah ke Puncak, namun lajur 2 untuk sementara ditutup dari arah Simpang Gadog (naik) untuk memastikan lajur 2 bersih dari kendaraan yang menuju ke Puncak, sedangkan lajur 3 tetap untuk kendaraan menuju Simpang Gadog (turun).
Selanjutnya setelah lajur 2 steril dari seluruh kendaraan, maka pada pukul 14.00 - 20.00 WIB arus lalu lintas berubah menjadi lajur 1 untuk kendaraan mengarah ke Puncak (naik), sedangkan lajur 2 dan 3 untuk kendaraan mengarah ke Simpang Gadog (turun). Selanjutnya, mulai pukul 20.00 - 03.00 WIB pengaturan lalu lintas kembali normal menjadi dua lajur untuk dua arah.
Lantas apa masalahnya?
Saat pertama kali diuji coba pada Minggu, 27 Oktober 2019, macet tetap saja terjadi. Pada pukul 06.25 WIB arus lalu lintas di Simpang Gadog tersendat satu arah yakni arah ke atas atau arah Puncak.
Kondisi itu terjadi hingga siang. Bahkan waktu tempuh malah disebut menjadi lebih lama.
"Waktu tempuh akan lebih lama, apalagi bila ada hambatan-hambatan, pasti akan lebih lama waktu tempuh dari bawah ke atas Puncak atau sebaliknya," kata Kasat Lantas Polres Bogor AKP Fadli Amri.
"Ketika sistem 2-1 dilakukan, jalan menyempit, arus lalu lintas akan tetap sama. Jadi waktu tempuh akan lebih lama. Bila dengan 3 kendaraan (one way) naik semua, memakan waktu 3 jam misalnya dari bawah ke atas. Kalau 2 kendaraan saja, bisa memakan waktu 6 jam," sambungnya.
Warga pun mengeluhkan kemacetan semakin menjadi-jadi. Galih, warga Desa Cisarua,mengatakan sistem 2-1 menyebabkan kemacetan yang lebih parah daripada sistem satu arah.
"Kemacetan di beberapa titik jalan lebih parah, apalagi di sekitar Pasar Cisarua," kata Galih.
"Kalau sudah tahu waktunya kapan naik atau turun ketika one way, kan kita bisa menghindari kemacetan. Kalau sistem ini, mau ke mana-mana sulit," imbuh Galih.
Melihat kondisi itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubdar Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan PKL di bahu jalan di Pasar Cisarua menjadi salah satu persoalannya. Selain itu, lokasi parkir liar menjadi persoalan lain.
"Di pasarlah yang banyak persoalannya. PKL yang mengambil bahu jalan, parkir yang juga mengambil bahu jalan, orang yang menyeberang juga banyak," kata Budi.
Banyaknya kendaraan yang keluar-masuk di Pasar Cisarua juga menjadi masalah. Situasi di simpang Megamendung juga tidak jauh berbeda.
Meski begitu sistem ini akan tetap diuji coba pada pekan depan. Budi mengatakan sistem ini menjadi solusi jangka pendek sebelum nantinya pembangunan jalur Puncak II dan jalur Puncak III terealisasi.
"Masa 2019 tidak punya pola lain. Gitu kan. Jangka pendek harus ada pola lain (selain one way)," kata Budi
"Persoalannya adalah, begitu dilakukan uji coba seperti ini (sistem 2-1), dari tingkat kecepatan kendaraan seperti apa, kemudian kebutuhan masyarakat terakomodasi atau nggak. Kalau one way kan ada komplain. Karena memang untuk berapa jam nggak bisa bergerak, terutama dari arah berlawanan," tutur Budi menambahkan.
Halaman 2 dari 3












































Foto: Jalur Puncak macet saat uji coba sistem 2-1 (Sachril/detikcom)