Kepala desa khusus adat Baduy, Jaro Saija mengatakan, wisatawan ke daerahnya kadang tidak memperhatikan aturan setempat. Jika memanfaatkan warga asli Baduy sebagai pendamping, mereka paling tidak bisa memberi arahan mana yang harus dilakukan dan dilarang.
"Orang Baduy tahu mana yang dilarang dan harus dihargai. Kebanyakan yang sudah-sudah wisatawan begitu (tak melibatkan warga Baduy)," kata Saija saat berbincang dengan detikcom melalui sambungan telepon di Serang, Banten, Minggu (27/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan kadang-kadang, Saija menceritakan ada wisatawan yang asal masuk ke kawasan adat. Hal ini tentunya membuat masyarakat setempat risih dan tidak nyaman.
"Kekhawatiran kami menjaga keselamatan, keamanan, dan ketertiban. Tapi yang sudah-sudah terus terang saja tidak nyaman, (apalagi) nyelonong dari luar," katanya.
Oleh sebab itu, ia tegaskan bahwa wisata adat di Baduy katanya memiliki rambu-rambu yang harus dihormati. Seperti dilarang mengambil gambar khususnya di Baduy Dalam, pengunjung yang mandi di sungai dilarang menggunakan sabun ataupun odol.
Kemudian, karena di Baduy memiliki banyak sungai, wisatawan diminta tak berenang di tengah hari khususnya pada hari Jumat dan Selasa. Di waktu tersebut, wisatawan diminta beristirahat.
"Termasuk kalau misakan subuh, maghrib tidak boleh teriak-teriak keluar, harus istirahat," katanya.
Sebelumnya, pada Jumat (25/10), lima siswa SMP Budhaya III di Duren Sawit, Jakarta Timur tewas karena tenggelam di sungai di Kampung Gajeboh, Baduy Luar. Kelima siswa diduga tenggelam karena tidak bisa berenang.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini