Jakarta - Akun-akun di media sosial yang getol mengkritik kondisi sosial kini mulai diolok-olok sebagai
social justice warrior (
SJW). Kaum SJW dinilai punya persamaan dengan orang-orang yang berusaha melakukan panjat sosial alias '
pansos' via media sosial.
Menurut
kamus daring Oxford yang diakses
detikcom pada Sabtu (26/10/2019),
social justice warrior adalah 'seseorang yang mengemukakan atau mempromosikan pandangan sosial yang progresif'.
Secara umum, progresif adalah sikap bertolak belakang dengan konservatif. Definisi dari kamus daring Oxford terdengar baik-baik saja, tapi sayangnya 'social justice warrior' digolongkan sebagai kata yang 'derogatory' atau 'menghina/merendahkan'. Itu memang sesuai dengan fakta penggunaannya di media sosial, termasuk di Indonesia dewasa ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerhati budaya dan komunikasi digital dari LITEROS.org, Firman Kurniawan S, menjelaskan olok-olok terhadap SJW diutarakan oleh pihak yang muak berdebat dengan akun pembela keadilan sosial, HAM, hak-hak sipil, feminisme, hingga isu lingkungan hidup. Mereka menganggap para SJW berpura-pura sebagai pembela kaum tertindas supaya mendapat citra baik saja.
"Individu ini mengulang-ulang bagian yang populer atau memperoleh komentar yang bakal menaikkannya sebagai pejuang sosial. Ini akan mengganjarnya popularitas diri. Individu ini sangat yakin untuk mengadopsi hal-hal yang dianggap benar oleh lingkaran sosialnya," kata Firman Kurniawan, yang juga doktor dari Universitas Indonesia.
Ada istilah 'political correctness' terkait hal ini. Seorang anggota kelompok sosial akan menyesuaikan dengan norma-norma yang dijunjung tinggi kelompoknya. Seseorang bisa masuk dan memanjat tangga kelas sosial itu bila terlebih dahulu diterima oleh kelompok sosial yang ingin dia panjat.
Aslinya, si SJW hanya bertindak demi kepentingan diri sendiri, bukan demi kaum tertindas yang dia perjuangkan hak-haknya. Demikian tinjauan Firman.
"Nampaknya, terdapat tendensi peduli pada diri sendiri yang berlebihan pada pemanjat sosial maupun SJW, sehingga keduanya memperoleh pandangan sinis dari komunitas, terutama netizen," kata Firman.
Ciri-ciri orang pansos di medsos adalah penampilannya di medsos sangat mencolok. Barang-barang dengan jenama (
brand) terkenal menempel di tubuhnya. Jenama terkenal adalah tangga pansos.
"Lalu, apa kaitannya dengan media sosial ? Perangkat ini adalah medium strategis untuk mementaskan tampilan diri seseorang. Medium yang telah digunakan lebih dari separuh penduduk dunia ini, dapat diakses setiap saat, dan senantiasa ada dalam genggaman," tutur Firman.
Ciri-ciri selanjutnya, seorang pelaku pansos akan berteman dengan kelas sosial yang dipanjat. Namun strategi ini dia jalankan sembari menutupi jati diri aslinya. Wajar, realitas dirinya sebenarnya belum seideal yang dia usahakan.
"Perihal kesejatian diri jadi bagian yang rapat ditutup dari penglihatan khalayak. Pemanjat sosial menolak kesejatian dirinya. Tendensi itulah yang jadi pangkal upaya panjat sosial," tutur Firman.
Apakah Anda setuju bahwa SJW adalah orang pansos? Atau Anda menolak olok-olok di medsos yang banal itu?
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini