Sorotan ke debat medsos
Akhir-akhir ini di Indonesia, para pengguna media sosial mulai menggunakan istilah 'social justice warrior' untuk memaki. Padahal, kebebasan berbicara tak boleh diolok-olok, apalagi bila kebebasan itu digunakan untuk tujuan yang baik.
Kebebasan berbicara di internet menghidupkan perdebatan logis yang sulit dilakukan di dunia nyata. Namun di sisi lain, ada yang bersembunyi di balik layar layar ponsel, monitor, atau keyboard komputer. Perdebatan tak lagi bertujuan mulia melainkan sekadar adu ngotot-ngototan demi kemenangan. Mereka berani ngotot karena identitas aslinya aman tertutupi akun media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Daulat Rakyat vs Daulat Teknologi |
Perdebatan menjadi cetek dan penuh olok-olok. Pengguna media sosial memilih berada di pihak 'pembela hak kaum tertindas' semata-mata demi mendapat citra positif di media sosial.
"Ketika itu yang terjadi, bukankah SJW yang bernada peyoratif adalah kita semua: yang enggan adu argumentasi lewat keutuhan interaksi. Dan lebih memilih ruang digital, seraya larut dalam pusaran perdebatan demi perdebatan. Walaupun popularitas, sering jadi ganjarannya?" ujarnya mengajak berefleksi.
(dnu/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini