Dear Pak Nadiem Makarim, Ini Tantangan Besar Jadi Mendikbud

Dear Pak Nadiem Makarim, Ini Tantangan Besar Jadi Mendikbud

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Kamis, 24 Okt 2019 18:30 WIB
Mendikbud Nadiem Makarim (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah resmi menjabat. Nadiem akan menghadapi sejumlah tantangan permasalahan pendidikan di Indonesia. Apa saja tantangannya?

Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengungkapkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi oleh Nadiem. Salah satunya ialah soal caranya menangani bidang pendidikan tinggi (dikti). Sebagaimana diketahui, saat ini nomenklatur dikti telah kembali ke Kemendikbud.

"Ada tuntutan yang berbeda. Kan ini Nadiem membawahi dua ya, Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) dan Dikti. Itu kan ada dua karakter yang berbeda. Untuk Dikdasmen, mungkin dia punya legitimasi yang kuat, karena pengusaha teknologi, terutama untuk menguatkan SMK (sekolah menengah kejuruan). Tapi untuk perguruan tinggi, kebutuhannya kan jumlah profesor dan doktor. Inilah tantangannya, resistensi dari para dosen," kata Darmaningtyas saat dihubungi, Kamis (24/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menyangsikan kapasitas Nadiem sebagai Mendikbud akan mudah diterima oleh dosen dari perguruan tinggi. Pasalnya, latar belakang pendidikan Nadiem adalah S2, sedangkan para dosen banyak yang bergelar doktor.

"Saya ragu sejauh mana penerimaan orang-orang kampus yang bergelar profesor doktor dipimpin si Nadiem S2, yang tidak doktor. Di antara orang yang lulusan doktor itu juga ada yang lulusan Harvard University. Saya kira tantangan Nadiem di sini, di perguruan tingginya," lanjutnya.

Apabila terkait urusan konektivitas pendidikan dengan teknologi dan dunia industri, dia percaya Nadiem mampu. Namun, menurutnya, kapasitas Nadiem di bidang teknologi ini tak cocok untuk anak-anak di perdesaan.

"Bisa link and match. Tapi yang harus dipahami, Indonesia itu kan luas. Mungkin kemampuan teknologi Nadiem sangat cocok untuk anak-anak perkotaan. Tapi untuk anak-anak di perdesaan, perairan di kepulauan, kebutuhan tatap mukanya masih dominan. Masih dominan sekali," tuturnya.



Dia menduga alasan Presiden Jokowi memilih Nadiem Makarim sebagai Mendikbud adalah hanya melihat permasalahan pendidikan di kota saja. Padahal, kata dia, masalah fundamental pendidikan Indonesia saat ini ialah terkait kesenjangan kualitas pendidikan.

"Kalau saya sih membaca, Pak Jokowi itu hanya melihat permasalahan pendidikan itu dari perkotaan. Padahal Indonesia ini sangat luas. Menurut saya sih, masalah fundamental pendidikan Indonesia itu soal kesenjangan pendidikan antara kota-desa dan Jawa-luar Jawa," ungkapnya.


Sebelumnya, Jokowi mengungkapkan alasannya memilih menteri-menterinya di Istana Kepresidenan, Kamis (24/10/2019). Dia mulanya bicara soal Indonesia yang memiliki 300 ribu sekolah dengan 50 juta pelajar. Dalam hal ini Jokowi menilai Nadiem mampu mengelola sekolah dan pelajar ini dengan memanfaatkan terobosan teknologi.

"Bayangkan mengelola sekolah, mengelola pelajar, manajemen guru sebanyak itu, dan dituntut oleh sebuah standar yang sama. Kita diberi peluang setelah ada yang namanya teknologi, yang namanya aplikasi sistem yang bisa membuat loncatan sehingga yang dulu dirasa tidak mungkin sekarang mungkin," kata Jokowi.

"Oleh sebab itu dipilih Mas Nadiem Makarim," sambungnya.
Halaman 2 dari 2
(rdp/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads