Seorang nelayan di Ur Pulau Kei, Amus Rumheng, menceritakan kronologi terjeratnya dua ekor ikan duyung pada jaring benang nelayan. Jaring dengan lebar mata jaring 3 inci itu dipasang di tengah laut pada 21 Oktober 2019. Ia mengatakan, saat jaring dinaikkan, dua ekor dugong tersebut telah mati dengan luka lecet di bagian tubuh dan ekornya. Selanjutnya dia membawa dua ekor dugong ke pesisir Ur Pulau dan meminta bantuan warga.
"Saya pikir hewan ini kalau masih hidup saya lepas. Sayangnya, hewan itu sudah mati, sehingga saya meminta bantuan ke salah satu warga Petrus Rahakauw untuk melaporkan kejadian kepada instansi terkait agar ditindaklanjuti," ungkap Amus seperti dikutip dari Antara, Rabu (23/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menempuh perjalanan kurang-lebih satu jam, tim evakuasi memulai proses pengambilan data morfometri dugong, interview kronologi kejadian, kemudian proses pemusnahan bangkai.
Diduga dua dugong tersebut merupakan induk betina dan anak jantan dengan ukuran masing-masing panjang moncong kelekukan pada pangkal ekor 260 cm dan 207 cm.
Project Executant WWF Indonesia Inner Banda Arc Subseascape, Andreas Hero Ohoiulun, menjelaskan perairan Kepulauan Kei merupakan rumah yang kaya akan aneka ragam spesies laut, termasuk spesies laut yang langka dan dilindungi, seperti penyu, paus, lumba-lumba, dan dugong atau duyung. Dia berharap warga sekitar sadar akan keberadaan spesies langka tersebut.
"Karena itu, perlu peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan dan kelestarian terhadap spesies langka yang dilindungi, sehingga diperlukan kerja sama dan kepedulian semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh adat, dan organisasi peduli lingkungan lainnya," kata Andreas.
Halaman 2 dari 2