Pramono Anung sudah disebut-sebut bakal dipertahankan Jokowi. Dia dekat dengan Jokowi, bahkan Pramono masuk dalam tujuh orang khusus yang membantu Jokowi melakukan tugas operasional di kabinet sejak 20 Oktober hingga pelantikan menteri Rabu (23/10/2019). Pramono Anung, Pratikno, Retno Marsudi, Moeldoko, Ari Dwipayana, Sukardi Rinakit, dan Alex Lay membantu Jokowi dalam penyusunan kabinet.
Berikut rekam jejak Pramono Anung:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Mantan Sekjen PDIP
Pramono menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen PDIP) pada 2005. Dia menjadi penggerak untuk memastikan partai bekerja memenangkan Megawati dalam Pemilu 2009. Sebelum menjadi Sekjen, Pramono merupakan Wakil Sekjen PDIP pada 2000.
2. Wakil Ketua DPR
Ayah Hanindhito Himawan Pramono dan Hanifa Fadhila Pramono ini juga pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mewakili PDI Perjuangan periode 2009-2014. Jabatan Pramono tersebut dia emban pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Pramono Anung dikenal sebagai pelobi ulung. Pria yang memiliki Instagram @pramonoanungw ini disebut-sebut menjembatani pertarungan politik antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH), yang merupakan pendukung pemerintah, dengan Koalisi Merah Putih (KMP), yang kontrapemerintah.
4. Pendidikan
Profil Pramono selanjutnya adalah pendidikan. Dia merupakan sarjana di Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung dan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Suami Endang Nugrahani ini juga menyandang gelar doktor Ilmu Komunikasi Politik dari Universitas Padjadjaran pada 2013.
Baca juga: Harapan Tinggi untuk Para Menteri Jokowi |
5. Karier Swasta
Pramono Anung, yang lulusan teknik pertambangan, menekuni karier dengan jabatan mentereng, yakni direktur dan komisaris. Berikut jabatan fantastis tersebut:
a. Direktur PT Tanito Harum, Jakarta, 1988-1996.
b. Direktur PT Vietmindo Energitama, Vietnam, 1988-1996.
c. Komisaris PT Yudhistira Haka Perkasa, Jakarta, 1996-1999.
d. Komisaris PT Mandira (Mandiri Hana Persada), Jakarta, 1996-1999.
e. Komisaris PT Yudhistira Hana Perkasa, Jakarta, 1996-1999.
Halaman 2 dari 2