"Saat ini tim kami masih berada di lokasi dan masih terus melakukan pemadaman hingga betul-betul padam. Seluruh unsur pun telah menurunkan kekuatannya, baik masyarakat, pemerintah kecamatan maupun pihak pemerintah daerah," ujar Camat Tinggimoncong Andry Mauritz dalam keterangan resmi Humas Pemkab Gowa, Selasa (22/10/2019).
Karhutla ini terjadi di wilayah Pos 2 dan Pos 3 Gunung Bawakaraeng yang berada di Lingkungan Lembanna, Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa. Petugas terus melakukan antisipasi untuk mencegah kebakaran meluas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andry mengatakan kondisi angin yang bertiup kencang membuat petugas kesulitan memadamkan api. Petugas bersama warga hingga saat ini masih berupaya agar api tidak menyebar ke wilayah lain.
"Meski kami pastikan api tidak akan merembes ke pemukiman karena lokasi kebakaran masih sangat jauh dari permukiman warga," ujarnya.
Dikatakan Andry, kendala pemadaman di lokasi ialah lokasi yang sangat sulit diakses kendaraan pemadam kebakaran. Pemadaman api pun dilakukan secara manual dengan akses yang sangat terbatas.
"Untuk penyebab kebakaran hutan dan lahan di wilayah ini belum bisa ditarik kesimpulan karena dari awal kebakaran diketahui dari masyarakat yang melihat titik api dari kejauhan. Kami sementara masih diselidiki," ujarnya.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di lokasi lain yakni di kaki Gunung Lompobattang, Dusun Pattiro, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa. Camat Parigi Muhammad Guntur mengatakan, kebakaran tersebut diperkirakan dari api yang menjalar dari Kecamatan Bontolempangan dan Kabupaten Bantaeng.
"Untuk sementara api masih besar dan masih kewalahan untuk tembus ke lokasi kebakaran. Titik api pun masih sangat jauh kedalam sehingga susah untuk dijangkau," ujar Guntur dalam keterangan yang sama.
Hingga saat ini diperkirakan luasan lahan yang terbakar sudah ada ratusan hektare. Pemda setempat telah mengerahkan masyarakat, pemerintah dusun hingga pemerintah desa untuk menghalau api. Petugas membersihkan lokasi dari material yang mudah terbakar.
"Akses ke lokasi cukup susah, saya jalan kaki ke sana dua jam saja belum bisa sampai dan tembus. Makanya masyarakat yang hanya berbekal pompa air melakukan pemadam, mereka juga memanfaatkan irigasi yang ada di sekitar lokasi kebakaran," ujarnya.
Selain masyarakat, pihaknya juga mendapatkan bantuan dari Komunitas Tanralili sebanyak 30 orang yang ikut membantu untuk menjaga terjadinya kebakaran.
"Di sana juga berdekatan dengan tempat penggembalaan sapinya masyarakat, sehingga memang harus dijaga agar tidak merambah ke sana," katanya.
Halaman 2 dari 2