"Data KLHK mencatat luas karhutla dari Januari hingga September 2019 sebesar 857.756 ha dengan rincian lahan mineral 630.451 ha dan gambut 227.304 ha," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo, dalam keterangannya, Selasa (22/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data itu merupakan data yang dikumpulkan sejak Januari hingga September 2019. Luas lahan yang terbakar tahun ini juga lebih besar dibanding 3 tahun sebelumnya.
"Total luasan lahan hingga September 2019 ini lebih besar dibandingkan luasan karhutla dalam tiga tahun terakhir. Luas karhutla pada 2018 sebesar 510 ribu ha, sedangkan pada 2016 sebesar 438 ribu ha," ungkapnya.
BNPB mencatat masih ada titik panas atau hot spot di enam provinsi yang mengalami karhutla. TItik panas terbanyak berada di Sumsel yakni 153 titik.
"Titik panas atau hot spot teridentifikasi di enam provinsi yang menjadi perhatian BNPB, yaitu Sumsel 153 titik, Kalteng 44, Kalsel 23, Kalbar 5, dan Jambi 2. Data tersebut berdasarkan citra satelit modis-catalog lapan pada 24 jam terakhir," ucapnya.
Selain kebakaran lahan, kebakaran juga masih terjadi di kawasan pegunungan seperti Gunung Cikuray, Ungaran dan Arjuno-Welirang, dan Ringgit. BNPB masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air atau water-bombing maupun patroli.
"Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah mencapai 392 juta liter. Di samping pengeboman air, BNPB bersama BPPT dan TNI melakukan operasi udara berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menggunakan fixed-wing. Total garam yang telah disemai mencapai 272 ribu kg," pungkasnya.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini