Investigasi Komnas HAM: Rusuh Berdarah di Wamena Tak Terkait SARA

Investigasi Komnas HAM: Rusuh Berdarah di Wamena Tak Terkait SARA

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Jumat, 18 Okt 2019 16:51 WIB
Foto: Jumpa pers Komnas HAM soal kerusuhan di Wamena (Rolando-detikcom)
Jakarta - Komnas HAM melakukan investigasi lapangan untuk mendalami rusuh berdarah di Wamena. Dari investigasinya, Komnas HAM menyatakan kerusuhan Wamena adalah tragedi kemanusiaan dan bukan konflik SARA.

Awalnya, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan kerusuhan yang terjadi di Wamena adalah keberlanjutan dari kejadian rasisal di Surabaya. Dari Surabaya, sejumlah tempat di Papua bergejolak termasuk Wamena.

"Karena kami khawatir itu akan semakin memicu konflik yang berbau SARA, padahal ini sama sekali tidak ada hubungan dengan SARA, karena ada korban juga dari berbagai suku-suku yang ada. Mau dibilang pendatang atau orang asli, sama-sama ada korban," ujar Taufan, saat jumpa pers di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Taufan menjelaskan kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu merupakan kerusuhan paling parah di Papua. Alasan dia, karena kerusuhan memakan korban jiwa 33 orang dan dampak kerusakan paling parah.

"Tapi memang fakta-faktanya banyak kekerasaan yang menimbulkan kematian, pembakaran-pembakaran gedung pemerintah, toko-toko, ruko-ruko, macam-macam. Itu di Jayapura terjadi, di berbagai tempat terjadi, terakhir paling tragis adalah di Wamena, yang juga dipicu oleh satu informasi ada seorang guru Rilis Panggabean yang dianggap memberikan satu hujatan yang berbau rasis. Tapi setelah kita telusuri, tidak terkonfirmasi,"sambung Taufan.



Dari informasi awal yang didapat, Taufan mengatakan memang ada 33 orang yang tewas saat kerusuhan Wamena. Taufan menjelaskan bahwa korban yang berjatuhan dari berbagai pihak.

"Tapi yang jelas menimbulkan demo siswa yang kemudian dilanjutkan demo oleh ribuan orang dan terjadilah pembakaran, kerusuhan, sampai ada 33 orang (meninggal). Di sini berkembang informasi misalnya ini yang dibantai orang luar, tidak, kami punya data-datanya, meskipun kami tidak mau publikasikan nama-nama dan latar belakang etnis," ucap Taufan.



Lebih lanjut, Taufan mengatakan Komnas HAM mendapatkan dugaan fakta baru terkait jumlah korban yang meninggal. Dugaan fakta baru itu adalah jumlah korban tewas bertambah 10 orang.

"Bahkan terakhir kami mendapatkan informasi lagi yang cukup kredibel tapi harus kami konfirmasi ulang lagi, kami cross check, kami sampaikan juga kepada kepolisian untuk meng-cross check. Yaitu ada 10 orang lagi di luar 33 itu. Tapi ini tidak serta dibawa ke rumah sakit, mereka langsung dibawa ke kampung halamannya, di kampung halamannya dibumikan cara mereka," papar Taufan.

"Sehingga tidak terdeteksi oleh pihak keamanan yang ada di Wamena, di Wamena itu ada 33, itu berdasarkan data rumah sakit. 33 itu pun 31 di rumah sakit, 2 nggak di rumah sakit. Tapi orang Wamena, sempat terdeteksi, tapi ada 10 lagi," tambahnya.



Namun Taufan mengatakan 10 orang yang tewas tersebut belum diterkonfirmasi. Namun Taufan mengatakan sumber informasi ini cukup kredibel.

"Tapi tentunya belum 100% terkonfirmasikan, cuma sumber informasi ini meski kami rahasiakan sumber informasinya, menurut kami kredibel sumber informasinya," jelas Taufan.



"Tapi itupun Komnas nggak akan berani mengatakan sudah 100%, harus dicross check. Tapi mohon maaf kalau dicross check minggu ini memang agak repot, harus datang ke kampung-kampung yang itu letaknya di Lembah Dani itu harus ke gunung-gunung itu, itukan harus ada persiapan tertentu," imbuhnya.



Sementara itu, Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara mengatakan tragedi Wamena adalah kemanusian, bukan SARA apalagi genosida. Dia pun menjabarkan 33 korban tewas awal.

"Apa yang terjadi di Wamena tanggal 23 September itu bukan konflik SARA, tapi memang bener-bener tragedi kemanusiaan, apalagi kalau kita bilang genosida. Itu nggak ada sama sekali unsur genosida, itu nggak ada sama sekali," kata Beka.

"Tentang jumlah korban, yang memang terluka, itu 31 orang yang meninggal karena luka-luka segala macem, dan ada 2 orang yang meninggal kemudian memang karena sakit dan itu sudah langsung dibawa pulang keluarganya," ucapnya.

Beka mengatakan, dugaan informasi tambahan 10 orang yang tewas tersebut diduga karena ditembak. Dia masih menginvestigasi kebenaran informasi tersebut.

"Terus ada informasi tambahan, bahwa ada 10 orang yang diduga meninggal dalam peristiwa tersebut. Tetapi ini masih harus diinvestasi lagi, harus dicari lagi kebenarannya, karena 10 orang itu dugaannya tertembak terus langsung dibawa pulang saudara-saudaranya ke kampung dan ini tidak mudah juga untuk mengklarifikasi, memvalidasi, apakah itu benar atau tidak," imbuh Beka.


Halaman 2 dari 4
(rvk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads