"Saat saya dan Pak Idham (Kabareskrim Komjen Idham Azis) menangani konflik Poso, terjadi kontak senjata hampir lebih kurang 1,5 tahun yang berpusat di Tanah Runtuh. Saat itu 16 orang tertembak, tentu akan jadi isu pelanggaran HAM dan rata-rata para petinggi menyalahkan" kata Tito saat memberi sambutan dalam acara Tradisi Pengantar Purna Tugas Wakil Presiden di STIK-PTIK, Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019).
Ketika itu Tito berkesempatan melaporkan kejadian di Poso kepada Jusuf Kalla yang menjabat sebagai Menko Kesra. Tak seperti pejabat lainnya, Jusuf Kalla justru memberikan pembelaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mendengar jawabannya, tambah Tito, JK menekankan langkah-langkah yang dilakukan kepolisian adalah benar.
"Jawaban Bapak sangat singkat, 'Kalian benar, di negara ini tidak ada yang boleh pegang senjata selain TNI dan Polri, saya akan back up', itu rasanya membesarkan hati," ujar Tito.
Masih kata Tito, JK juga berhasil mencairkan suasana konflik Poso dengan membuka dialog antar tokoh masyarakat dan mendirikan rumah ibadah bagi umat Muslim serta sekolah pendeta bagi Protestan.
"Dan bukan hanya itu, Bapak datang ke Poso, kumpulkan tokoh-tokoh masyarakat Palu dari dua komunitas, memberikan penjelasan dan mereka bisa memahami, suasana jadi kendor. Bapak mendirikan pesantren setara Gontor di Poso Pesisir dan sekolah teologi," pungkas Tito.
Teelepas dari pengalaman dengan JK saat konflik Poso, Tito juga mengilas balik pengalamannya saat menangani kasus dua teror bom di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Saya pernah mengalami pengalaman personal yang mendalam dan tidak pernah lepas di hati saya. Di kasus bom di Makassar, bom Mal Ratu Indah dan bom di showroom NV Haji Kalla, Makassar. Kita bisa ungkap, saya bilang Kapolda," cerita Tito.
Tito lantas kaget karena Kapolda Sulsel saat itu mengatakan JK memberi perintah agar para pelaku ditangkap.
"Lalu saya dipanggil Pak Kapolda, katanya perintah Pak JK, tangkap semua pelaku. Saya berpikir 'Ini kok dibom bukannya takut', malah suruh tangkap semua, habisi semua," ungkap Tito.
Halaman 2 dari 3