Moeldoko: Mengapa Harus Ada FPI? Memang Islam Sedang Dijajah Orang Lain?

Moeldoko: Mengapa Harus Ada FPI? Memang Islam Sedang Dijajah Orang Lain?

Dwi Andayani - detikNews
Kamis, 17 Okt 2019 18:42 WIB
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko (Dwi Andayani/detikcom)
Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bicara mengenai hubungan agama dan stabilitas nasional. Moeldoko menyebut banyak orang yang mengklaim dirinya merasa paling benar.

"Berikutnya apakah agama berpengaruh terhadap stability? Iya. Sekarang ini banyaklah yang mengklaim paling benar dengan agamanya. Dia sudah bisa mendefinisikan dengan masuk surga, orang lain masuk neraka. Langsung mendefinisikan 'lo bukan bagian gua, lo kafir, lo buta'. Ini, ini salah satu kondisi yang pada akhirnya menciptakan unstability," ujar Moeldoko.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan itu disampaikan Moeldoko dalam sesi tanya-jawab kuliah umum 'Tantangan Ketahanan Nasional Masa Kini' di Gedung IASTH Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (17/10/2019). Moeldoko menjawab pertanyaan soal 'Apakah faktor agama mempengaruhi stabilitas negara Indonesia seperti terjadi di negara-negara Timur Tengah lewat fenomena Arab Spring?'

Moeldoko lantas mencontohkan keberadaan Front Pembela Islam (FPI). Moeldoko mempertanyakan perjuangan FPI.

"Saya orang Islam, orang Islam tidak dalam kondisi perlu perlindungan, orang Islam mayoritas katanya, paling banyak. Mengapa harus ada apa itu, Front Pembela Islam? Apa yang dibela? Ya sorry ya aku langsung ngomong blak-blakan aja kan gitu. Emangnya Islam sedang dijajah oleh orang lain apa? Apalagi itu dibela? Tuhan kok dibela? Ngapain? Dia nggak perlu pembelaan," tutur Moeldoko.





Moeldoko mengatakan dirinya selalu berbicara lantang bila terkait dengan radikalisme. Dia menyebut saat ini ada orang yang hanya bermodalkan Rp 150 ribu untuk memberi pakaian dan mengklaim sebagai 'habib'.

"Kalau ngomong stability, nggak ada nggak pernah turun saya. Kalau udah bicara negara, nggak pernah turun saya. Bicara radikalisme, saya ngomong paling lantang. Ya, jadi 'Moeldoko kafir!' ntar dulu, ntar dulu. Jangan gara-gara modal Rp 150 ribu, pergi ke Tanah Abang beli kostum, keluar dari sana, langsung 'saya habib', jangan, jangan. Nggak boleh dong, yang bener aja, banyak yang sekarang seperti itu. Jangan menipu tuhanlah, tuhan mahatahu," tutur Moeldoko.



Moeldoko mengatakan masalah agama merupakan bagian dari SARA. Jadi dia berharap seluruh pihak perlu memberikan ruang yang sama dalam toleransi.

"Jadi masalah agama bagian dari SARA ini, mari kita semuanya punya kesadaran bersama, kita harus memberi ruang yang sama. Untuk itu, saya ngomong dengan lantang, tidak ada, kita sudah merdeka sekian tahun masih bicara mayoritas-minoritas. Hilangkan itu, nggak ada itu," kata Moeldoko.


Izin Ormas Tak Kunjung Terbit, Bagaimana Nasib FPI? Simak Videonya:

[Gambas:Video 20detik]

(dwia/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads