Kisah Sahabat Nabi: Adzan Terakhir Bilal yang Menggetarkan Madinah

Kisah Sahabat Nabi: Adzan Terakhir Bilal yang Menggetarkan Madinah

Abdul Jalil - detikNews
Senin, 14 Okt 2019 05:53 WIB
Adzan yang menggetarkan Madinah (Ilustrasi: Denny Putra/detikcom)
Jakarta -

Kisah sahabat nabi kali ini akan menceritakan adzan terakhir Bilal bin Rabbah yang menggetarkan Madinah. Sepeninggal Rasulullah, Bilal sang Muadzin Rasul meninggalkan Madinah. Rindu akan Rasulullah, penduduk Madinah meminta Bilal kembali dan mengumandangkan adzan. Seperti apa kisah sahabat nabi ini?

Mata pria berkulit hitam, legam dan kekar itu berkaca-kaca. Air mata deras menetes di pipinya. Dengan suara lirih dia berkata, "Aku tak bisa, Umar. Aku tak akan mampu melakukannya lagi."

Pria itu, Bilal bin Rabbah sang Muadzin Rasul menatap lawan bicaranya yang tak lain adalah Khalifah kedua pengganti Rasulullah SAW setelah Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khatab. Sang Khalifah sengaja menemui Bilal yang saat itu sudah meninggalkan Madinah dan menetap di Syam, kini Suriah.



Kisah sahabat nabi, kedatangan Umar adalah menyampaikan keinginan penduduk Madinah agar Bilal mau mengumandangkan adzan lagi. Ini untuk mengobati kerinduan penduduk Madinah atas Rasulullah SAW.

Sekali lagi Bilal berkata lirih,"aku tak akan sanggup Umar." Air mata kian deras mengalir di pipinya. Sesekali, Bilal memejamkan mata. Dia tarik napasnya dalam-dalam.



Umar terus membujuk Bilal. "Tapi, ummat muslim di Madinah sedang membutuhkanmu, Bilal. Mereka ingin mendengarkanmu mengumandangkan adzan. Mereka rindu suaramu. Mereka rindu lantunan adzanmu, wahai muadzin Rasulullah!" kata Umar seperti dikutip dari Islami.co.

Kisah sahabat nabi, Mata Bilal kian berkaca-kaca. Dia menangkap harapan Umar yang begitu besar agar dia mau mengumandangkan adzan lagi di Madinah. Apalagi Umar sampai menempuh jarak yang begitu jauh dari Madinah ke Suriah.


Namun, berat bagi Bilal. Dia tak sanggup menanggung rindu teramat dalam jika mengingat Madinah dan mengumandangkan adzan. Bilal tak mampu menanggung rasa rindu terhadap Rasulullah yang teramat berat.

Bagi Bilal, hari di mana Rasulullah wafat adalah hari yang paling mempengaruhi jalan hidupnya itu. Ia meminta izin kepada Khalifah Abu Bakar untuk berhenti menjadi Muadzin Rasul.

Kisah sahabat nabi, Sayyidina Abu Bakar pun mengabulkan permintaan tersebut. Setelah itu, Bilal pergi ikut pasukan Fathul Islam (Pembebasan Islam) ke Syam, kemudian tinggal di Homs, Syria (kini Suriah). Bilal merasa jika masih tinggal di kota Madinah, dia tak akan bisa lari dari kenangan bersama Rasulullah.

Sepulang Umar, dalam sebuah tidurnya Bilal mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah menyapa Bilal, "Ya Bilal, wa maa hadzal jafa? (Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?")

Kemudian Bilal pun terbangun, tanpa berpikir panjang ia segera mempersiapkan perjalanan ke Madinah. Sambil merasakan kerinduan yang teramat dalam dan besar, Bilal pergi untuk menziarahi makam Rasulullah SAW.

Kisah sahabat nabi, setibanya di Raudhah, Bilal tak mampu lagi menahan haru. Dia menangis, rindu pada Rasulullah SAW, Sang Kekasih Allah. Saat itulah kemudian datang dua pemuda yang mulai beranjak dewasa menemui Bilal bin Rabbah, yang matanya sembab karena tangis itu.

Mereka berdua adalah cucu kesayangan Rasulullah, yakni Hasan dan Husein. Bilal yang semakin termakan usia, mencoba memeluk kedua cucu kesayangan Rasulullah tersebut.

Dan Husein berkata kepada Bilal, "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek."




Bersamaan dengan itu, Umar bin Khattab juga sedang melihat pemandangan mengharukan tersebut. Sayyidina Umar juga memohon Bilal agar mau mengumandangkan adzan sekali lagi.

Bilal yang sebenarnya ingin mengenang masa-masa silam yang sangat indah itu, ditanya oleh Sang Khalifah Umar "Bukankah para sahabat yang lain juga merasakan hal yang sama?"



Bilal pun sadar bahwa inilah waktunya menumpahkan rasa kerinduan itu. Dia merenung sejenak. Sementara Umar bin Khattab sedang menunggu jawaban darinya.

"Baiklah, aku akan melakukannya lagi," jawab Bilal yang disambut haru Umar, Husein dan Hasan.

Tatkala waktu sholat tiba, Bilal naik ke tempat dahulu ia terbiasa mengumandangkan adzan pada masa Rasulullah masih hidup. Ia mengambil nafas dalam-dalam, kemudian suara merdunya yang sangat khas itu terdengar kembali. Dihempas oleh angin padang pasir ke seluruh penduduk Madinah.

Ketika lafadz "Allahu Akbar..." dikumandangkan oleh Bilal, mendadak seluruh Madinah senyap. Segala kegiatan terhenti. Semua orang terkejut. Suara yang telah bertahun-tahun hilang, dan begitu dirindukan itu, telah kembali. Suara yang mengingatkan pada sosok Rasulullah nan agung.

Suara lantang sang "Muadzin Rasul" menggema ke semua penjuru kota. Seketika orang-orang yang mendengar lantunan adzan itu terdiam. Mereka terhenyak, serasa kembali ke masa Rasulullah. Dan bertanya "Apakah Rasulullah kembali?"

Kisah sahabat nabi, saat Bilal mengumandangkan lafadz "Asyhadu anlaa ilaha illallah," seluruh warga Madinah berlarian ke arah sumber suara itu, sambil berteriak histeris. Sewaktu Bilal sampai pada lafadz "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah..." Suaranya yang menggema menjadi terdengar parau. Dadanya bergetar, dan hatinya bergemuruh penuh kerinduan. Bilal terisak menyebutkan nama orang yang paling dirindukannya.

Air matanya mengalir begitu saja, sambil terlintas sebuah kenangan dalam ingatan Bilal, yang teringat sosok Rasulullah SAW. Semua ingatan itu, membuat Bilal tak sanggup melanjutkan adzan pada lantunan lafadz tersebut.

Di atas menara Nabawi, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Suasana itu kemudian membuat seantero Madinah pecah oleh tangisan, dan ratapan yang sangat memilukan para sahabat Nabi yang paling mulia.

Kisah sahabat nabi, sang Khalifah Umar bin Khattab, menangis paling keras di antara yang lain. Mereka semua menangis, teringat masa-masa indah ketika Rasulullah masih ada di bersama mereka.

Halaman 2 dari 3
(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads