Jakarta -
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bicara tentang demonstrasi yang diikuti pelajar beberapa waktu lalu. Menurut Kementerian PPPA, para pelajar ikut demo gara-gara terprovokasi pesan berantai.
"Pesan berantai yang mereka peroleh, peran teknologi. Anak-anak mudah sekali terprovokasi dengan ajakan itu. Rasa solidaritas seruan aksi turun ke jalan tak hanya di Jabodetabek tapi juga di beberapa kota lainnya," kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPA, Lenny N Rosalin, dalam acara media talk di kantornya, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan para pelajar yang ikut demo, saat ditanya, tidak tahu pasal apa yang diminta diubah. Selain itu, beberapa di antaranya disebut ikut aksi karena tertarik dibayar padahal pihak yang disebut akan membayar tidak jelas.
"Bahkan ada pesan nanti kelompoknya ketuanya si ini nanti kamu dapat uang segini Rp 40 ribu, Rp 50 ribu. Terus giliran sudah mau pulang mana nih disebut-sebut di medsosnya ketuanya nggak nongol-nongol," ujarnya.
Lenny mengatakan anak merupakan kelompok yang rentan terhasut provokasi sehingga tidak tepat mengikuti aksi demonstrasi. Menurutnya demonstrasi bukan tempat yang tepat bagi anak untuk menyampaikan aspirasinya.
Dia menyebut keterlibatan anak dalam unjuk rasa bukan bentuk partisipasi, melainkan pelanggaran terhadap Pasal 15 butir a UU 35/2014 tentang perubahan atas UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Butir a, yang dimaksud adalah anak harus mendapat perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik.
"Apakah unjuk rasa itu bentuk partisipasi anak? Bukan, itu merupakan salah satu pelanggaran UU 35 /2014 pasal 15 butir a bahwa dia tidak (boleh) dilibatkan dalam kegiatan politik. Anak-anak masih anak, dia makhluk yang paling rentan. Dia justru yang memperoleh perlindungan, bukan kemudian dia digunakan," kata Lenny.
Dia mengatakan tempat yang pas bagi anak menyampaikan aspirasi adalah di forum anak yang sudah ada di sejumlah provinsi hingga tingkat desa. Lalu, apa saran Lenny agar para pelajar atau anak tidak ikut demo?
"Kuncinya anak-anak kita perlu dipintarin. Kalau hanya sekadar ikut-ikutan yang berujung mereka menyesal tapi kan semua sudah terjadi," tuturnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini