"Apa pun alasannya, tindakan brutal tersebut tidak dapat ditolerir. Ajaran agama mana pun tidak membenarkan tindakan kekerasan, menebar ketakutan, mencelakai orang yang tidak berdosa, apalagi membunuh pejabat negara yang sedang melaksanakan tugas. Tindakan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan jauh dari nilai-nilai ajaran agama," kata Waketum MUI Zainut Tauhid Sa'adi kepada wartawan, Kamis (10/10/2019).
Zainut menduga pelaku merupakan bagian dari jaringan terorisme di Indonesia. Kejadian ini, menurut Zainut, menjadi pelajaran bagi semua pihak agar meningkatkan kewaspadaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainut pun meminta polisi mengungkap secara jelas motif penusukan Wiranto. Dia juga meminta agar jaringan pelaku penusukan dibongkar sampai ke akar-akarnya.
"MUI meminta kepada kepolisian untuk mendalami perkara tersebut sehingga diketahui motif pelakunya dan mengungkap jaringannya agar dapat diberantas sampai ke akar-akarnya," imbuh Zainut.
Wiranto ditusuk SA alias Abu Rara saat melakukan kunjungan kerja di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) pukul 11.50 WIB. Wiranto menderita dua luka tusukan di bagian depan tubuhnya. Selain itu, ada tiga orang lain yang terluka, termasuk Kapolsek Menes.
Kapolsek Menes diserang oleh Fitria, istri penusuk Wiranto. Fitria awalnya berpura-pura bersalaman, lalu melakukan penyerangan.
"Pada saat rombongan datang, yang bersangkutan 2 orang pelaku itu membawa seorang anak perempuan juga, berbaur dengan masyarakat yang lain. Karena di sini ada pelajar, ada ibu-ibu, bapak-bapak yang menanti kehadiran beliau untuk bersalaman sekaligus melihat helikopter yang terparkir di situ," kata Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi kepada wartawan di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini