"Hari ini keluarga besar TNI AU tengah berkabung, dengan berita telah meninggalnya Bapak Imanuel Nuhan di Rumah Sakit Doris Silvanus kemarin hari Rabu jam 19.10 karena sakit pada usia 95 tahun," ujar Marsekal Yuyu kepada detikcom, Kamis (10/10/2019).
Imanuel Nuhan adalah salah satu pelaku sejarah di Indonesia. Dia bersama 12 prajurit Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) lainnya tercatat sebagai penerjun pertama Indonesia yang sukses melakukan aksinya pada 17 Oktober 1947 di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Beliau adalah veteran TNI AU korps Paskhas putra daerah asli Kalimantan Tengah, salah satu pelaku sejarah penerjunan pertama Indonesia yang dipimpin oleh Tjilik Riwut bersama 13 orang penerjun AURI di Kotawaringin, Kalimantan Tengah, dalam rangka pembentukan stasiun radio untuk mengabarkan kemerdekaan Indonesia ke dunia internasional pada 17 Oktober 1947," sebut Yuyu.
Menurut KSAU, tanggal tersebutlah yang menjadi cikal bakal pasukan terjun payung TNI AU. Selain itu, tanggal 17 Oktober dijadikan sebagai hari lahir pasukan khusus TNI AU.
"Tanggal tersebut menjadi cikal bakal pasukan terjun payung TNI AU dan dijadikan hari lahir Paskhas," tuturnya.
Yuyu pun menyampaikan dukacita atas meninggalnya Imanuel.
"Saya sebagai Kepala Staf Angkatan Udara dan Ketua Umum Pia Ardhya Garini beserta seluruh keluarga besar TNI AU menyatakan rasa berdukacita yang sedalam-dalamnya diiringi doa semoga almarhum Bapak Imanuel Nuhan wafat dalam damai, diampuni segala dosanya, dan diterima segala amal baik, khususnya pengorbanan beliau kepada bangsa dan negara, oleh Tuhan YME," ucap Yuyu.
"Selamat jalan, Bapak Imanuel Nuhan, darma baktimu telah menorehkan tinta emas dalam sejarah TNI AU. Kami akan selalu termotivasi dan mengenang jasa beliau untuk membangun Angkatan Udara yang lebih baik," sambungnya.
Kisah penerjunan pertama pasukan TNI AU bermula dari surat Gubernur Kalimantan Pangeran Mohammad Noor tentang permintaan kepada AURI agar dapat mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk membentuk dan menyusun gerilyawan dalam membantu perjuangan rakyat Kalimantan, mendirikan stasiun radio induk untuk keperluan membuka jalur komunikasi Kalimantan dengan Yogyakarta, serta menyiapkan daerah penerjunan (dropping zone) bagi penerjunan selanjutnya.
Permintaan tersebut disambut KSAU saat itu, Komodor Udara Suryadi Suryadarma. Dia kemudian memerintahkan Mayor Udara Tjilik Riwoet untuk mempersiapkan prajurit-prajurit AURI yang akan diterjunkan di Kalimantan.
Pada 17 Oktober 1947 dini hari, pesawat Dakota RI-002, dengan pilot Bob Freeberg dan kopilot Opsir Udara III Suhodo takeoff dari Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta, terbang menuju Kalimantan dengan melintasi lautan dan menelusuri hutan belantara.
Ketiga belas prajurit AURI diterjunkan di daerah Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah Heri Hadi Sumantri, FM Suyoto, Iskandar, Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Willem, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, JH Darius dan Marawi, serta Imanuel Nuhan.
Para penerjun tersebut tercatat belum pernah mendapat pendidikan terjun payung secara sempurna, kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat atau ground training. Itu adalah operasi lintas udara pertama dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Sebelum meninggal dunia, Imanuel Nuhan merupakan satu-satunya penerjun pertama RI yang masih hidup.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini