"Ketika jalur 2-1 ini berlaku, saya sampaikan, ini tetap macet tapi tidak separah one way. Solusinya bagaimana? Saya ingin dibangunkan Poros Tengah Timur. Yang masuk dari Sentul, keluar Taman Bunga," katanya, dalam Kuliah Umum "Membangun Kabupaten Bogor yang Berbudaya Berbasis Kearifan Lokal", di Universitas Pakuan, Bogor Tengah, Kota Bogor, Kamis (10/10/2019).
Ade menjelaskan, tanah atau lahan untuk membangun jalur tersebut, sudah ada. Tanah sepanjang 46 kilometer itu, lanjutnya, adalah hibah dari masyarakat sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tidak mampu untuk membangun jalan tersebut dengan APBD. Hal ini dikarenakan biaya pembangunannya yang sangat besar.
"Jadi kalau dibangun oleh APBD, kami tidak mampu karena dengan jumlah Rp 1,25 Triliun, itu akan habis dana pendidikan dan kesehatan untuk membangun jalan," tutur dia.
Ade pun mengatakan, ia ingin ada bantuan pemerintah pusat untuk membangun jalan tersebut. Dia menjelaskan, jalur Poros Timur Tengah itu juga, adalah jalan perekonomian.
"Jadi kami tidak sanggup membangun, kami mohon dibantu pemerintah pusat dan ini termasuk jalan perekonomian. Artinya masyarakat di sana akan merasakan manfaatnya ketika ada jalan tersebut," terang dia.
Lainnya dia menerangkan, sejak 2015 lalu, kawasan Puncak sudah tidak menjadi destinasi wisata nasional.
"Destinasi puncak ini dari 2015, ternyata dicoret dari destinasi wisata nasional karena urusan macet. Padahal sudah diupayakan buka tutup (one way) selama 32 tahun, tapi sampai hari ini tidak terselesaikan. Akhirnya kami konsultasi dengan BPTJ dan diputuskan 27 Oktober, uji dicoba dilakukan 2-1. Jadi tidak ada lagi one way," jelasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini