Kepala Tata Usaha Taman Nasional Gunung Tambora, Deny Rahardy, mengatakan bahan bakar berupa sabana yang mengering dan daun-daun di hutan membuat api cepat merembes.
"Motif terbakar itu terjadi karena kemarau panjang dan didukung melimpahnya bahan bakar berupa sabana yang mengering, daun di lantai hutan dan dipicu oleh api yang tertiup angin akibat aktivitas masyarakat membersihkan lahan di sekitar taman," ungkap Deny pada detikcom, Kamis (10/10/2019). Deny memberikan keterangan setelah Kepala Balai BTNGT Murlan Dameria Pane menugasinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke Deny, dia mengatakan kebakaran cepat meluas karena angin kencang ditambah kondisi cuaca panas yang tengah melanda kawasan tersebut.
"Kebakaran tersebut lebih cepat meluas karena faktor angin yang cukup kencang di area sabana yang terbuka," ujarnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang bisa saja terjadi setiap saat, petugas TN Masyarakat Mitra Polhut, Masyarakat Peduli Api dan TNI Polri terus bersiaga di kawasan.
"Petugas BTN Tambora dan masyarakat peduli api dan masyarakat mitra polhut selalu stand by di lapangan lengkap dengan sarana pemadaman karhutla," ungkap Kepala BTN Tambora, Murlan Dameria Pane, Selasa (8/10).
TN Tambora tidak akan menutup jalur pendakian meski kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan tersebut sering terjadi. Keputusan tersebut diambil karena kondisi kawasan yang terbakar tidak berbahaya atau dipandang masih aman untuk aktivitas pendakian.
Kawasan yang terbakar di Gunung Tambora rata-rata terjadi di bawah jalur aman atau di bawah pos-pos pendakian yang lokasinya berdekatan dengan lahan pertanian warga.
"Untuk saat ini dipandang belum perlu menutup jalur pendakian, karena masih dalam batas aman untuk para pendaki," ungkap Deny Rahardy. Berdasarkan hasil rekap TNGT, luas kawasan gunung Tambora yang terbakar mencapai 20 hektare.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini