Pengacara Bantah Soenarko Terlibat Rencana Merusuh di Aksi Mujahid 212

Pengacara Bantah Soenarko Terlibat Rencana Merusuh di Aksi Mujahid 212

Idham Kholid - detikNews
Rabu, 09 Okt 2019 20:13 WIB
Eks Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko (Foto: Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Seorang pensiunan PNS Mulyono yang ditangkap terkait rencana kerusuhan di Aksi Mujahid 212, Sabtu, 28 September lalu, mengungkap adanya keterlibatan Mayjen (Purn) Soenarko. Pihak Soenarko menepis pengakuan Mulyono itu.

"Saya sudah klarifikasi dengan Pak Soenarko melalui pembicaraan telepon 6 menit yang lalu, bahwa cerita saudara Mulyono di detik.com tidak benar adanya, demikian," kata Pengacara Mayjen (Purn) Soenarko, Ferry Firman Nurwahyu, saat dihubungi, Rabu (9/10/2019).

Mulyono sebelumnya menjelaskan, awal mula dia bertemu dengan Seonarko dalam wawancara khusus dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Rabu (9/10). Saat itu, Mulyono yang tergabung dalam 'Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN) pada 20 September 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena kita di Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara kita diundang Pak Prof Insani dari Ekonom UI, diundang dengan Pak Narko (Soenarko) di rumahnya beliau. Tanggal 20 di rumahnya Pak Narko," kata Mulyono.


Mulyono mengaku dia saat itu tidak mengetahui apa yang dibicarakan. Namun kemudian diketahui bahwa pertemuan itu membahas gerakan dari aktivis Sri Bintang Pamungkas (SBP) untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Waktu undangan pertama kita nggak tahu apa yang akan dibicarakan, pada saat pembicaraan mereka akan adakan gerakan itu yang mengusung gerakan Sri Bintang Pamungkas. Nah itu diutarakan bagaimana menurunkan Jokowi, bagaimana menolak, bagaimana kembali ke UUD 1945," tutur Mulyono.

Mulyono mengaku tidak sepaham dengan rencana gerakan tersebut. Ia pun menyebutkan, dia menolak rencana Sri Bintang itu.

"Nah, kita bilang bahwa kita bukan di wilayah itu. Kita buka di wilayah kenegaraan dalam artian kita tidak berkait dengan menurunkan rezim. Yang kita ubah bukan menurunkan rezim, tapi membangun sistem atau mengganti sistem. Jadi kita tolak saat itu," bebernya.



Ia menyebutkan, pertemuan itu dihadiri oleh sekitar 15 orang. Selain Soenarko, Mulyono menyebut kehadiran Lakda (Purn) Sony Santoso dalam pertemuan itu.

"Pak Sri Bintang nggak hadir di situ. Yang ada itu Pak Slamet, saya dan lain-lain ada yang dari UI, Pak Narko, Pak Sony ada juga beberapalah orang, antara 10-15 orang," ucapnya.


Di tengah pertemuan itu, lanjutnya, Soenarko menanyakan apakah di antara mereka ada yang bisa membuat 'petasan'. Petasan yang dimaksud adalah sebuah bom.

"Begitu di dalam pembicaraan itu Pak Narko nanya 'ada yang bisa bikin petasan nggak'. Terus kebetulan saya bertiga sama Laode sama Heriawan. Heriawan bilang 'Laode Sugiyono bisa bikin'. Heriawan itu sebenernya masuk di tim kita di majelis, tapi dari 02. Dia nyusup masuk seolah-olah mau belajar Pancasila. Nah pada saat itu dipanggillah Laode Sugiyono," tuturnya.

"Itu saya dengar dari jauh aja mereka bicara, Sugiyono bilang 'bisa, saya pengalaman di Ambon bisa' sehingga dia bilang ada saudara-saudaranya juga. Udah sejak itu selesai," katanya.
Halaman 2 dari 2
(idh/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads