Di tengah pertemuan itu, lanjutnya, Soenarko menanyakan apakah di antara mereka ada yang bisa membuat 'petasan'. Petasan yang dimaksud adalah sebuah bom.
"Begitu di dalam pembicaraan itu Pak Narko nanya 'ada yang bisa bikin petasan gak'. Terus kebetulan saya bertiga sama Laode sama Heriawan. Heriawan bilang 'Laode Sugiyono bisa bikin'. Heriawan itu sebenernya masuk di tim kita di majelis, tapi dari 02. Dia nyusup masuk seolah-olah mau belajar Pancasila. Nah pada saat itu dipanggilah Laode Sugiyono," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, pada Selasa (20/9), Mulyono kembali mengikuti pertemuan di rumah Sony Santoso di Tangerang. Selain Soenarko, dosen IPB Abdul Basith juga disebutnya hadir dalam pertemuan itu.
"Tanggal 24 (September) saya diundang ke rumahnya Pak Sony di Tangerang. Yang datang Pak Narko, Pak Sony, pak Basith, terus ada dokter perempuan dan ada 1 mahasiswa Muhamamdiyah, ada Laode, karena Laode yang bawa mobil saya," katanya.
Pada pertemuan itulah, mereka membahas rencana untuk membuat kerusuhan di aksi mahasiswa. Mereka berencana menunggangi aksi mahasiswa.
"Pada saat itu ngomong yang pertama, bagaimana anak mahasiswa akan membuat semacam deklarasi untuk BEM-BEM se-Indonesia untuk bersatu dalam rangka demo itu yang pertama," tandasnya.
(mei/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini